Senin, 30 Juni 2008

Siapakah Penulis Qur'an? - Sebuah Pengamatan: Bagian 3

Kaum Shabiin (The Sabeans)

W. St. Clair-Tisdall [31] menulis bahwa kaum Shabiin tinggal di Syria. Mereka adalah pengikut Seth dan Idris. Kaum Shabiin puasa 30 hari dari malam hari sampai matahari terbit, merayakan Ied dan sembahyang bagi yang meninggal tanpa melakukan posisi menyembah. Muhammad menjiplak aturan puasa mereka dan hanya mengubah waktu puasa menjadi dari matahari terbit sampai matahari terbenam. Muhammad juga menjiplak perayaan Ied dan sembahyang bagi yang meninggal, sama persis seperti yang dilakukan kaum Shabiin. Jadi aturan puasa yang dinyatakan dalam Q 2:183-187 dicontek dari kitab suci umat Shabiin. Malah sebenarnya Qur’an sendiri mengakui bahwa aturan puasa Islam dicontek dari aturan kepercayaan lain, tapi malu menyebut kitab aslinya. Inilah isi Q 2:183 yang menyatakan bahwa aturan puasa Islam sama dengan aturan kepercayaan lain (yang tentu saja adalah kepercayaan umat Shabiin):
Q 2:183
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Kaum Shabiin memiliki buku yang berjudul ‘Halaman2 Seth’ (‘Pages of Seth’). Mereka melakukan sholat tujuh kali sehari, dan saat melakukan lima sholat persis sama dengan jam2 lima sholat Islam yang dipilih Muhammad. Kaum Shabiin juga berkiblat ke Ka’bah. Sudah jelas pula bahwa Muhammad belajar tentang kitab suci Shabiin dari Bahira sang pendeta dan juga Salman sang orang Persia; karena baik Bahira maupun Salman telah tinggal lama di Syria dan tahu betul akan sumber2, tatacara ibadah dan doktrin agama umat Shabiin. Muhammad dengan mudahnya menjiplak semua ini ke dalam Qur’an sembari mengakuinya sebagai firman Allah.

Tentang umat Shabiin, Kamus Islam [32] menyatakan bahwa mereka menyembah bintang2 secara sembunyi2 tapi di depan umum mereka mengaku sebagai umat Kristen. Sumber lain menyatakan bahwa Shabiin adalah agama dari Shabiin, putra Seth yang merupakan anak Adam. Sumber yang lain menyatakan bahwa Shabiin adalah agama nabi Nuh. Arah qiblat sembahyang mereka adalah ke Selatan yang merupakan arah angin bertiup.

Tampak jelas bahwa setelah mempelajari agama kaum Shabiin, Muhammad kagum berat dengan aturan agama tersebut sehingga menerapkannya dalam aturan agama Islam. Dia menganggap kaum Shabiin sebagai umat sejati Allah. Malah Kamus Islam [33] menyatakan bahwa kaum Arab dulu menyebut Muhammad dengan panggilan Shabiin – karena dia murtad dari agama kaum pagan Quraish. Hal ini disebut Qur’an tiga kali dalam ayat2 berikut:
Q 2:62
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Q 5:69
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Q 22:17
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

Perhatikan bahwa ayat2 di atas menyebut pula tentang umat Yahudi, Nasrani (Kristen) dan Majusi (kaum Zoroastria).


Khadijah, Waraqa dan Ubaydallah

Dalam Sirah (biografi) Muhammad tidak ditulis apakah agama asli Khadijah, istri pertama Muhammad. Akan tetapi, tidak sulit menduga bahwa awalnya Khadijah adalah 100% pagan. Ada kemungkinan bahwa dia sangat dipengaruhi oleh saudara sepupunya yang bernama Waraqa yang adalah seorang Yahudi, yang lalu memeluk agama Kristen. Waraqa menjadi Kristen taat dan dinyatakan bahwa dia menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab. Pengetahuannya yang sangat luas tentang agama Kristen dan Yudaisme mengakibatkan pengaruh besar pada Khadijah dan Muhammad. Bisa dimengerti bahwa Khadijah pun adalah pengikut ajaran Kristen, meskipun tidak dinyatakan secara luas. Tidak ada satu pun keterangan dari literatur mana pun bahwa Khadijah pernah sembahyang bagi dewa2 atau ikut upacara agama pagan. Sebaliknya, tertulis bahwa Muhammad memang beragama pagan saat dia menikah dengan Khadijah. Selama 25 tahun, Khadijah adalah sumber uang dan penasehat Muhammad. Tampaknya pengaruh Khadijah membuat Muhammad pindah agama dari agama pagan ke Kristen. Waraqa dan Khadijah seringkali berdiskusi tentang perihal agama Kristen dan Yudaisme dengan Muhammad dan ini membuat Muhammad meninjau ulang secara dalam agama pagan yang dianutnya sejak lahir.

Dari Sahih Bukhari juga dinyatakan bahwa Waraqa dulu sering membacakan Injil dalam bahasa Arab. Ini menguatkan keterangan bahwa terjemahan Injil dalam bahasa Arab memang tersedia di jaman Muhammad.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 55, Number 605:
Dikisahkan oleh Aisha:
Sang Nabi kembali menemui Khadija ketika jantungnya berdebar-debar. Dia (Khadija) membawanya menemui Waraqa bin Naufal yang adalah penganut Kristen dan sering membacakan Injil dalam bahasa Arab. Waraqa bertanya (pada sang Nabi), “Apakah yang kau lihat?” Ketika dia memberitahunya, Waraqa berkata, “Ini tentunya malaikat yang sama yang dikirim Allah menemui nabi Musa. Jika aku masih hidup saat kau menerima firman Illahi, maka aku akan sangat mendukungmu.”

Waraqa tidak hanya membacakan Injil bahasa Arab, tapi dia juga menerjemahkan Injil dalam bahasa Arab. Sahih Bukhari menegaskan akan hal itu:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 478:
Dikisahkan oleh Aisha:
... ... .." Khadija lalu membawanya menemui Waraqa bin Naufil, yang adalah putra paman Khadija. Waraqa telah beralih agama memeluk Kristen di jaman sebelum Islam dan biasa menulis bahasa Arab dan menulis Injil dalam bahasa Arab sebanyak yang Allah inginkan dia menulis….

Waraqa juga mahir membaca dan menulis dalam bahasa Ibrani! Sahih Bukhari menegaskan hal ini: (hanya bagian yang relevan saja yang dikutip di sini)
Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 1, Number 3:
Dikisahkan oleh Aisha:
….. Khadija lalu membawanya menemui saudara sepupunya Waraqa bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, yang di jaman sebelum Islam telah memeluk agama Kristen dan biasa menulis dengan bahasa Ibrani. Dia juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani sebanyak yang Allah inginkan dia menulis…

Keterangan2 di atas, terutama Hadis Bukhari, menjelaskan tanpa ragu lagi bahwa memang Waraqa, dan juga Khadijah merupakan penyumbang utama penyusunan ayat2 Qur’an – terutama ayat2 yang berhubungan dengan agama Kristen dan Yudaisme.

Setelah itu muncul pula Ubaydallah, yang adalah cucu dari Abd al-Muttalib dan saudara sepupu Muhammad. Setelah Ubaydallah menjadi seorang Hanif, tentu saja Muhammad belajar banyak materi2 agama Hanifisme darinya. Ahli sejarah Muslim menyatakan bahwa Ubaydallah nantinya memeluk agama Islam ciptaan Muhammad dan lalu pergi ke Ethiopia, tapi di sana dia meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen dan mati sebagai orang Kristen. Jadi penyumbang lain tentang agama2 Kristen dan Hanif dalam Qur’an tentu saja tidak lain adalah Ubaydallah. Setelah Waraqa, Khadijah dan Ubaydallah mati, Muhammad dengan mudah menyadur semua yang dipelajarinya dari ketiga orang tersebut dan memasukkannya ke dalam Qur’an.

Juga perlu disebut dua orang lain yang juga penyumbang utama penulisan Qur’an. Kedua orang itu adalah Abdullah b. Salam dan Mukhayariq. Menurut Ibn Ishaq [34], Abdullah b. Salam adalah orang Yahudi dari suku Bani Quaynuqa yang lalu memeluk Islam ketika Muhammad tiba di Medina. Mukhayariq adalah Rabbi Yahudi dari suku Bani Thalaba dan dia pun lalu memeluk Islam. Abdulllah b. Salam sangat menguasai Taurat dan tidak disangkal lagi memang penyumbang utama ayat2 Qur’an tentang kaum Yahudi, terutama hukum agama Yudaisme.

Yang berikut adalah daftar singkat materi2 Qur’an yang dicontek Muhammad dari agama2 Kristen, Yahudi, Armenia, Hindu, dan Majusi (Zoroastria):
Tayammum (4:43): dicontek dari kitab Yahudi Talmud
Menghembuskan nyawa pada burung (2:260, 3:49, 5:110): dicontek dari buku2 Kristen Koptik.
Houris, Azazil (44:54): dicontek dari orang2 asing yang berkunjung ke Mekah.
Harut dan Marut (2:102): dari buku2 Armenia – Harut dan Marut adalah dewa2 angin dan hujan.
Singgasana Allah di atas air (11:7): dari budaya kaum Yahudi
Malik, sang penguasa Neraka (43:77): dari budaya kaum Yahudi
7 Surga (2:29, 41:12): dicontek dari kitab suci Sanskrit milik umat Hindu
Maryam melahirkan di bawah pohon (19:23): dicontek dari Injil Kanak2, yang merupakan Injil apokripa (tidak diakui) Kristen
Bayi Isa bicara (3:46, 19:30-31, 19:33): dicontek dari Injil Kanak2.
Penjelasan tentang Surga dan Neraka (banyak ayatnya – lihat bagian Salman, orang Persia): dicontek dari Majusi (Zoroastria) dan Hindu
Isa tidak dibunuh, Allah mengangkat Isa (3:55, 4:157-158): dicontek dari Injil Barnabas
Kisah Yusuf (Sura 12): dicontek dari Midrash, kitab orang Yahudi
Kisah Solomon dan Sheba (21:78-82, 27:17-19, 27:22-23): dicontek dari Haggada, kitab orang Yahudi
Qur’an yang asli disimpan di Surga (43:4, 85:21-22): Kitab Talmud menyatakan terdapat loh batu tulis di Surga
Malaikat maut – Azrail atau Azasil, sang Malaku'l Maut (6:61, 7:37, 32:11): dicontek dari kitab2 suci agama Yudaisme dan Majusi (Zoroastria)

Qur’an sendiri menyatakan terang2an bahwa orang2 pagan Mekah telah mengetahui bahwa Muhammad mencontek berbagai sumber untuk menulis Qur’an, terutama dari kitab2 suci agama Yudaisme. Inilah sebabnya Allah lalu menegur kaum pagan yang menyebut Muhamamd sebagai tukang contek. Hal ini dijelaskan di ayat berikut:
Q 28:48
Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?". Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu?; mereka dahulu telah berkata: "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu". Dan mereka (juga) berkata: "Sesungguhnya Kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu'.

Contoh2 lain plagiarisme dalam Qur’an yang dilakukan Muhammad dapat dilihat dalam buku2 yang tercantum dalam daftar pustaka.

Tetangga Muhammad adalah An-Nadr b. al-Harith. Orang ini sering menulis ayat2 yang serupa seperti yang terdapat dalam Qur’an. Dia adalah sumber cerita yang hebat, terutama dongeng2 kuno. Jika Muhammad mengumpulkan orang2 untuk mendengar ceritanya, an-Nadr lalu akan membujuk penonton Muhammad untuk mendengarkan cerita2nya yang lebih baik daripada milik Muhammad. Karena hebatnya kepandaian an-Nadr dalam menyampaikan cerita, maka penonton Muhammad bepergian. Hal ini membuat Muhammad sangat benci pada an-Nadr. Dia nantinya membalas dendam pada an-Nadr di Badr dengan memancung kepalanya.

Berikut adalah ayat2 Qur’an yang mengisahkan bahwa masyarakat pagan Mekah sangat tahu bahwa Muhammad menyampaikan cerita2 yang sudah mereka dengar sebelumnya. Muhammad tidak menyampaikan cerita2 baru sama sekali – dia hanya mengulangnya saja apa yang didengarnya dari berbagai sumber dan menyampaikannya sebagai firman Allah padanya.
Kaum pagan menganggap Qur’an penuh dongeng2 kuno… 8:31
Kaum pagan mengatakan bahwa wahyu2 pada Muhammad tidak lebih adalah dongeng2 kuno… 16:24
Banyak orang pagan yang telah mendengar kisah kebangkitan dari dongeng2 kuno… 23:83
Kaum pagan mengatakan bahwa Qur’an adalah kumpulan dongeng2 kuno yang telah mereka dengar sebelumnya… 25:5
Kaum pagan berkata bahwa Qur’an adalah dongeng2 kuno... 27:68
Kaum pagan mengatakan bahwa Qur’an ternyata tidak lebih daripada dongeng2 kuno belaka... 46:17
Kaum pagan menyebut wahyu2 Muhammad sebagai dongeng2 kuno... 68:15


Ubayy b. Ka'b

Ubay b. Ka'b adalah sekretaris pribadi Muhammad dan dia merupakan seorang dari enam kolektor (pengumpul) Qur’an. Lima kolektor Qur’an lainnya, menurut ibn Sa’d [35] adalah:
Muadh ibn Jabal
Abu al-Darda
Zayd ibn Thabit
Sa'd ibn Ubayd
Abu Zayd

Ubayy b. Ka'b juga dikenal dengan nama Abu Mundhir. Dia menyatakan sumpah Aqba kedua bersama kaum Ansar dari Medina dan merupakan salah satu orang2 Arab Medina yang memeluk Islam. Dia adalah pembantu dan penyelamat Muhammad utama di saat2 sukar. Tatkala Muhammad lupa ayat2 Qur’an atau butuh keterangan tentang ayat2 tertentu, maka dia akan minta tolong Ubayy. Ketergantungan Muhammad pada Ubayy jelas menunjukkan bahwa Ubayy adalah penulis hal yang diimlakan Muhammad, dan Ubayy menulis hal apapun yang diinginkannya dengan persetujuan Muhammad. Karena Ubayy tinggal di Medina yang dihuni banyak suku Yahudi, maka dia punya banyak pengetahuan tentang buku2 dan hukum Yahudi. Tampaknya dia menulis banyak Sura2 Medina yang berhubungan dengan sistem hukum Islam. Sura2 Medina ini tidak puitis seperti Sura2 Mekah. Hal ini karena Ubayy b. Ka'b bukanlah penyair, tapi lebih merupakan ahli politik dan juru tulis. Malah dia pun menulis versi Qur’annya sendiri yang disimpannya baik2. Di jaman Kalifah Usman, Usman memerintahkan agar semua versi2 Qur’an yang berbeda dengan versi Qur’an milik Hafsa dibakar. Ubayy b. Ka'b dan ibn Masud menolak menyerahkan Mushaf (Qur’an yang ditulis di atas daun) mereka dan memilih menyembunyikannya diam2.

Kita bisa menyimpulkan bahwa banyak Sura2 Medina sebenarnya ditulis sendiri oleh Ubayy b. Ka'b dengan persetujuan Muhammad.

Meskipun Muhammad menyatakan bahwa malaikat Jibrillah yang membawa semua ayat2 Qur’an kepadanya, tapi Muhammad hanya melihat Jibril dua kali saja. Hal ini dinyatakan dalam Hadis Bukhari.
Hadis Bukhari, Volume 6, Buku 60, Nomer 378:
Dikisahkan oleh Masruq:
Aku berkata pada Aisha, “Wahai Ibu! Apakah Nabi Muhammad pernah melihat Allah?” Aisha berkata, “Perkataanmu membuat rambutku berdiri merinding! Ketahuilah jika ada orang yang mengatakan ketiga hal ini padamu, maka orang itu pembohong: Siapapun yang mengatakan padamu bahwa Muhammad pernah melihat Allah, dia adalah pembohong.” Lalu Aisha mengutip ayat ini:
‘Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.’ (6.103)
‘Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir’ (42.51)
Aisha melanjutkan sambil berkata, “Dan siapapun yang mengatakan padamu bahwa Nabi tahu apa yang akan terjadi besok hari, maka orang itu adalah pembohong.” Dia lalu melafalkan:
‘Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.’ (31.34)
Dia menambahkan: “Dan siapapun yang mengatakan dia menyembunyikan (beberapa perintah Allah), maka orang itu adalah pembohong.”
Lalu dia melafalkan: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. (5.67)
'Aisha menambahkan, “Tapi sang Nabi melihat Jibril dalam bentuk aslinya dua kali.”

Tentu saja hadis di atas membingungkan dan berlawanan dengan apa yang tertulis dalam ahadis (kumpulan hadis2) bahwa Muhammad mengatakan Jibril mengunjunginya berkali-kali dalam bentuk manusia biasa (yang paling terkenal adalah keterangan Jibril menyaru sebagai Dhiya al-Kalbi, Muslim ganteng di Medina). Karena itu pula, dengan sendirinya tidak ada pula yang mencegah Muhammad mengatakan bahwa semua penulis Qur’an termasuk Ubayy b. Ka’ba sebenarnya adalah Jibril yang sedang menyaru dalam bentuk manusia.


Aisha

Bibi Aisha adalah istri kesayangan Muhammad. Muhammad mengawini Aisha ketika Aisha masih anak2 berusia enam tahun dan berhubungan seks dengannya ketika Aisha berusia sembilan tahun. Usia muda, keceriaan, kelembutan, kelakuan, dan semangat kanak2 Aisha merupakan bahan2 yang mempengaruhi otak Muhammad ketika dia terpesona akan diri Aisha yang begitu polos dan mudah dibohongi. Sebagai pengantin kanak2, Aisha tergantung total pada kedewasaan Muhammad. Sama seperti anak2 di usianya, Aisha percaya saja apapun yang dikatakan Muhammad padanya tentang wahyu2 illahi. Muhammad mengatakan bahwa dia sering dapat wahyu dari Allah hanya ketika dia tidur bersama Aisha. Mengapa Jibril enggan mengunjungi Muhammad ketika dia bermalam bersama istri2nya yang lain di haremnya? Ini adalah pertanyaan yang hanya dijawab segelintir sejarawan Islam. Jawaban yang benar adalah:
Kecuali Aisha, istri2 Muhammad yang lain sudah tumbuh dewasa dan telah mengalami berbagai kejadian berat, pahit dan tipu daya kehidupan secara umum. Bahkan beberapa dari istri2 tersebut sudah punya anak2 yang telah tumbuh dewasa. Tidak mudah bagi Muhammad untuk meyakinkan para wanita dewasa ini tentang komunikasinya dengan Allah melalui Jibril. Para wanita dewasa ini tidak gampang percaya dengan cerita2 karangan Muhammad. Meskipun mereka dipaksa hidup dalam haremnya, tetapi mereka dalam hati tidak bisa memaksakan diri percaya segala pengakuan2 sinting Muhammad. Karena itulah maka Aisha yang masih polos dan gampang dikibuli jadi sumber wahyu Illahi Muhammad! Muhammad hanyalah bermain-main dengan angan2 anak kecil belaka yang cenderung percaya segala cerita konyol tentang hantu dan jin, sinterklas, kuda2 bersayap, setan2, monster, dan segala tokoh dongeng lainnya. Hadis2 Bukhari berikut jelas menunjukkan bahwa Allah berkomunikasi dengan Muhammad hanya ketika dia tidur bersama Aisha.

Muhammad sering dapat wahyu illahi hanya jikalau dia berada di ranjang Aisha... 3.47.755
Hadis Sahih Bukhari Volume 3, Book 47, Number 755:
Dikisahkan oleh 'Urwa dari 'Aisha:
Istri2 Rasul Allah terbagi dalam dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari of 'Aisha, Hafsa, Safiyya dan Sauda; sedangkan kelompok lainnya terdiri dari Um Salam dan istri2 lain Rasul Allah. Para Muslim mengetahui bahwa Rasul Allah mencintai ‘Aisha, jadi jika salah seorang dari para Muslim punya hadiah dan ingin memberikannya kepada Rasul Allah, dia akan menunggunya sampai Rasul Allah mengunjungi rumah ‘Aisha dan dia lalu akan memberi hadiah pada Rasul Allah di rumah ‘Aisha. Kelompok Um Salama membicarakan hal ini bersama dan mengambil keputusan bahwa Um Salama harus meminta Rasul Allah mengatakan pada orang2 untuk mengirim hadiah2 mereka padanya di rumah istri2 yang mana saja. Um Salama menyampaikan pada Allah apa yang telah mereka katakan, tapi dia Rasul Allah diam saja. Maka mereka (para istri) bertanya pada Um Salama tentang hal itu. Dia berkata, “Dia (Rasul Allah) tidak berkata apapun padaku.” Mereka meminta dia untuk bicara padanya sekali lagi. Dia pun bicara sekali lagi padanya ketika bertemu Rasul Allah di hari gilirannya, tapi Rasul Allah tidak menjawab. Maka mereka pun bertanya padanya, dan dijawabnya bahwa Rasul Allah tidak mengatakan apapun. Mereka berkata padanya, “Bicara padanya sampai dia memberimu jawaban.” Ketika tiba giliran dikunjungi, dia pun bicara lagi padanya. Rasul Allah lalu berkata padanya, “Jangan menyakiti diriku mengenai ‘Aisha, karena wahyu illahi tidak turun padaku di ranjang manapun kecuali di ranjang ‘Aisha.” Mendengar hal itu Um Salama berkata, “Aku memohon ampun pada Allah karena menyakitimu.” Setelah itu kelompok Um Salama memanggil Fatima, anak perempuan Rasul Allah dan mengirim dia kepada Rasul Allah untuk berkata padanya, “Istri2mu meminta diri mereka dan anak perempuan Abu Bakr diperlakukan secara sama.” Lalu Fatima menyampaikan pesan ini padanya. Sang Nabi berkata, “Wahai anak perempuanku! Tidakkah kau mencintai orang yang kucintai?” Dia mengiyakan dan kembali pada mereka dan menyampaikan apa yang terjadi. Mereka meminta dia pergi lagi menghadapnya tapi dia tidak mau. Maka mereka mengirim Zainab bint Jahsh yang pergi menghadapnya dan menggunakan kata2 kasar berkata, “Istri2mu meminta kau memperlakukan mereka dan anak perempuan Ibn Abu Quhafa sama rata.” Setelah itu dia berkata keras dan mencaci maki ‘Aisha di hadapan mukanya, dan Rasul Allah melihat pada ‘Aisha apakah dia akan membalas. ‘Aisha mulai menjawab Zainab sampai dia diam. Sang Nabi kemudian melihat pada ‘Aisha dan berkata, “Dia memang benar2 anak perempuan Abu Bakr.”

Wahyu illahi datang pada Muhammad hanya jika dia tidur bersama Aisha...5.57.119
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 57, Number 119:
Dikisahkan oleh ayah Hisham:
Orang2 seringkali mengirim hadiah2 kepada sang Nabi di hari giliran ‘Aisha. ‘Aisha berkata, “Rekan2ku (yakni istri2 lain sang Nabi) berkumpul di rumah Um Salama dan berkata, “Wahai Um Salama! Demi Allah, orang2 memilih memberikan hadiah2 di hari giliran ‘Aisha dan kamipun juga senang dengan barang2 hadiah itu seperti juga ‘Aisha. Kau haru memberitahu Rasul Allah untuk menyuruh orang2 mengirim hadiah2 mereka padanya di mana saja dia berada atau pada saat dia menggiliri siapa saja.” Um Salama mengatakan hal itu pada sang Nabi tapi dia memalingkan diri darinya, dan ketika sang Nabi menggilirnya (Um Salama), dia mengulang hal yang sama, dan sang Nabi berkata, “Wahai Um Salama! Jangan ganggu aku dengan menyakiti ‘Aisha, karena demi Allah, wahyu illahi tidak pernah turun padaku ketika aku berada di bawah selimut wanita manapun diantara kalian kecuali dia.”

Aisha tidak melihat Jibril ketika Muhammad memperkenalkan Jibril padanya…4.54.440
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 54, Number 440:
Dikisahkan oleh Abu Salama:
'Aisha berkata bahwa sang Nabi berkata padanya, “Wahai ‘Aisha, ini adalah Jibril dan dia menyampaikan salam padamu.” ‘Aisha berkata, “Salam padanya, dan pengampunan dan berkat Allah baginya, “ dan kepada sang Nabi dia berkata, “Kau melihat apa yang aku tidak lihat.”

Muhammad berkata pada ‘Aisha bahwa Jibril menyampaikan salam baginya... 8.74.270
Hadis Sahih Bukhari, Volume 8, Book 74, Number 270:
Dikisahkan oleh 'Aisha: bahwa sang Nabi berkata padanya, "Jibril mengirim Salam padamu.” Dia menjawab, “Wa 'alaihi-s-Salam Wa Rahmatu-l-lah." (Damai dan pengampunan Allah bagimu).

Ahadis di atas jelas menyampaikan betapa cerdiknya Muhammad menggunakan pikiran anak kecil yang polos dan mudah ditipu untuk membuktikan wahyu illahinya. Bahkan Muhammad sendiri menyusun ayat2 Qur’an pada saat sedang berbaring bersama ‘Aisha. Ini hadisnya.

Muhammad melafalkan ayat2 Qur’an sambil berbaring di paha Aisha yang lagi datang bulan…1.6.296
Hadis Sahih Bukhari, Volume 8, Book 74, Number 270:
Dikisahkan oleh 'Aisha:
Sang Nabi sering berbaring di atas pahaku dan melafalkan ayat2 Qur’an pada saat aku sedang datang bulan.

Bahkan penulis Qur’an bagi Muhammad yakni Zayd b. Thabit mengakui pula bahwa beberapa ayat2 Qur’an dipalsukan. Ini hadisnya.

Beberapa ayat2 Qur’an telah dipalsukan (Q 33:23)… 5.59.379
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 379:
Dikisahkan oleh Zaid bin Thabit:
Ketika kami menulis Qur’an, aku kehilangan satu dari ayat2 Sura al-Ahzab yang biasa kudengar Rasul Allah melafalkannya. Maka kami lalu mencari ayat tersebut dan menemukannya pada Khuzaima bin Thabit Al-Ansari. Ayatnya berbunyi:
Diantara orang2 mukmin ada orang yang menepati yang yang telah mereka janjikan pada Allah (yakni mereka mati terbunuh di jalan Allah), dan beberapa lainnya masih menunggu” (33:23). Maka kami pun menulis ayat ini di tempatnya dalam Qur’an.

Hadis di atas mengatakan pada kita bahwa beberapa ayat2 Qur’an ditulis oleh orang2 yang bukan penulis resmi Qur’an yang ditunjuk Muhammad. Perlu diketahui bahwa Khuzaima b. Thabit al-Ansari yang disebut di hadis di atas bukanlah juru tulis Qur’an resmi yang dipilih Muhammad.

Dalam Hadis Muslim dinyatakan sebagai berikut:

Muhammad sering melafalkan Qur’an sambil menyender di pangkuan Aisha yang sedang datang bulan… 3. 0591
Hadis Sahih Muslim, buku 003, nomer0591:
‘Aisha melaporkan: Rasul Allah (semoga damai menyertainya) lalu menyender di pahaku ketika aku sedang datang bulan, dan melafalkan Qur’an.

Jikalau catatan2 hadis di atas belum juga meyakinkan bahwa Aisha memang punya peranan penting dalam penulisan Qur’an, maka hadis Muslim berikut mengisahkan bahwa Aisha memang merubah ayat2 Qur’an. Hadis ini menerangkan bahwa setelah Muhammad mati, Qur’an dikumpulkan oleh Aisha seorang diri. Lalu Aisha mengimlakan pada juru tulisnya sebuah ayat Qur’an dengan mengaku bahwa begitulah cara Muhamad melafalkan ayat tersebut (Q 2:238). Inilah hadisnya:

Hadis Sahih Muslim, buku 4, nomer, 1316:
Abu Yunus, seorang budak ‘Aisha yang dimerdekakan berkata:
‘Aisha memerintahkanku untuk menulis ulang Qur’an baginya dan berkata: Jika kau sampai pada ayat ini: “
Peliharalah segala salat dan salat wusthaa.” (2:238), beritahu aku; maka ketika aku mencapai ayat itu, aku pun memberitahunya dan dia mengimlakan padaku sebagai berikut: Peliharalah segala salat dan salat wusthaa dan shalat asr, dan berdirilah dengan khusyuk pada Allah. ‘Aisha berkata: Begitulah yang kudengar dari Rasul Allah (semoga damai menyertainya).

Dari Sahih Bukhari juga terdapat keterangan bahwa dua Sura utama yakni Sura al-Bakara (Sura 2) dan Sura an-Nisa (Sura 4) ditulis di hadapan Aisha. Dia juga menyatakan bahwa ayat pertama adalah tentang Surga dan Neraka – dan ini bertolak belakang dengan pengertian banyak sejarawan Islam yang mengira hal Surga dan Neraka adalah ayat2 pertama Sura al-Alaq (Sura 96). Hadis ini juga memberitahu bahwa ada beberapa versi Qur’an, dan Aisha punya versinya sendiri yang berbeda dengan versi2 lain. Apakah hal ini karena Aisha sendiri telah menambah atau menghapus ayat2 dari versi Qur’annya? Berikut adalah hadisnya.

Betapa pintarnya cara wahyu diubah agar sesuai dengan tujuan2 tertentu… 6.61.515
Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 61, Number 515:
Dikisahkan oleh Yusuf bin Mahk:
Ketika aku sedang berada bersama Aisha, ibu para umat, seorang dari Irak datang dan bertanya, “Cadar jenis apakah yang terbaik?” ‘Aisha berkata, “Semoga Allah bermurah hati padamu! Apakah masalahnya?” Dia berkata, “Wahai ibu para umat! Tunjukkan kumpulan Qur’anmu,” Dia bertanya, “Buat apa?” Dia berkata, “Agar dapat mengumpulkan dan mengatur Qur’an sesuai dengan milikmu, karena orang2 melafalkan Qur’an dengan Sura2nya tanpa urutan yang benar.” ‘Aisha berkata, “Memangnya apa masalahnya bagian mana yang kau baca terlebih dahulu? (Ketahuilah) bahwa yang pertama-tama diwahyukan adalah Sura dari Al-Mufassal, dan itu adalah tentang Surga dan Neraka. Ketika orang2 memeluk Islam, ayat2 tentang hal haram dan haram diwahyukan. Jikalau yang pertama-tama diwahyukan adalah: ‘Jangan minum minuman beralkohol’ maka orang2 akan berkata, ‘Kami tidak akan mau berhenti minum minuman beralkohol,’ dan jika diwahyukan ‘Jangan melakukan zinah’, maka mereka akan berkata ‘Kami tidak akan mau berhenti berzinah.’ Ketika aku masih anak2 dan suka bermain, ayat ini diwahyukan di Mekah pada Muhammad: ‘Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.’ (54.46) Sura Al-Baqara (Sapi) dan Sura An-Nisa (Wanita2) diwahyukan ketika aku berada bersamanya.” Lalu ‘Aisha mengambil kumpulan Qur’an bagi orang itu dan membacakan padanya ayat2 Sura (dengan urutan yang benar).


Muhammad b. Abdullah

Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad sendirilah yang mengarang ayat2 Qur’an tertentu. Meskipun begitu, karena dia buta huruf (seperti yang disebutkan dalam Qur’an) maka dia harus memperkerjakan beberapa juru tulis untuk menulis apa yang dikarangnya dalam benaknya. Jika membaca Qur’an dengan seksama, maka jelas tampak dalam ayat2 tertentu bahwa Muhammad sendirilah yang bicara dan bukannya Allah – melalui tukang posnya si Jibril. Ini contoh ayat2nya:
Q 6:104
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).
Kata2 ‘aku sekali-kali bukanlah pemeliharamu’ sudah jelas adalah kata2 Muhammad.

Q 6:114
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.
Kata2 ‘Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah’ sangat jelas merupakan kata2 Muhammad.

Juga perlu diperhatikan bahwa penerjemah Qur’an dalam bahasa Inggris Yusuf Ali dengan sengaja menambahkan kata ‘Katakan’ (Inggris: ‘Say’) pada ayat Q 6:114. Dalam Qur’an asli berbahasa Arab, tidak ada kata ‘Katakan’ (Arab: ‘Kul’). Ini terjemahan dari Pickthal dan Shakir, dua penerjemah Qur’an lainnya:
PICKTHAL:
Shall I seek other than Allah for judge, when He it is Who hath revealed unto you (this) Scripture, fully explained? Those unto whom We gave the Scripture (aforetime) know that it is revealed from thy Lord in truth. So be not thou (O Muhammad) of the waverers.
Terjemahan:
Apakah aku harus mencari yang lain selain Allah sebagai hakim, manakala Dialah yang telah mewahyukan padamu Kitab (ini), dengan jelas? Mereka yang Kami beri Kitab (sebelumnya) mengetahui bahwa Kitab itu dinyatakan dari Tuhanmu yang sebenarnya. Maka janganlah kau (wahai, Muhammad) termasuk dalam orang2 yang ragu.

SHAKIR:
Shall I then seek a judge other than Allah? And He it is Who has revealed to you the Book (which is) made plain; and those whom We have given the Book know that it is revealed by your Lord with truth, therefore you should not be of the disputers.
Terjemahan:
Apakah aku harus mencari hakim lain selain Allah? Dan Dialah yang menyatakan padamu Buku (yang) jelas; dan kepada mereka yang Kami berikan Buku mengetahui bahwa Buku ini diberikan oleh Tuhanmu yang sebenarnya, karena itu janganlah kau menjadi bagian dari orang2 yang meragukannya.

Dan ini versi Arabnya:
114. Afaghayra Allahi abtaghee hakaman wahuwa allathee anzala ilaykumu alkitaba mufassalan waallatheena ataynahumu alkitaba yaAAlamoona annahu munazzalun min rabbika bialhaqqi fala takoonanna mina almumtareena

Q 19:9
He said: "So (it will be) thy Lord saith, 'that is easy for Me: I did indeed create thee before, when thou hadst been nothing!"
terjemahan:
Dia berkata: “Maka (demikianlah) Tuhanmu berkata , ‘Mudah bagiKu: Aku sesungguhnya menciptakan kamu, ketika kau masih belum ada sama sekali.”

Versi Indonesia:
Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".
Di sini malaikat (atau Muhammad?) yang bicara, dan bukannya Allah.

Q 19:64
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa
Ini yang bicara adalah Jibril (atau Muhammad?) dan bukannya Allah.

Q 37:164, 165, 166
[164] Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu,
[165] dan sesungguhnya Kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah).
[166] Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah).
Ini yang bicara adalah Jibril (atau Muhammad?) dan bukannya Allah.

Q 51:50
Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.
Ini yang bicara adalah malaikat (atau Muhammad?) dan bukannya Allah.

Q 53:2
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,
Muhammad tidak keliru: bukankah ini pengakuan Muhammad sendiri?

Q 70:40, 41
[40]Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
[41] Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.
Bukankah jelas bahwa Muhammad sendiri yang berkata di sini?

Q 86:17
Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.
Bukankah jelas bahwa Muhammad sendiri yang berkata di sini?

Ayat2 terpenting Qur’an, yakni Sura al-Fatiha (Sura 1) sudah jelas adalah karangan Muhammad atau penyair lain. Mari baca Sura ini dengan seksama:
1:1 In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful.
1:2 Praise be to Allah, the Cherish er and Sustainer of the worlds;
1:3 Most Gracious, Most Merciful;
1:4 Master of the Day of Judgment.
1:5 Thee do we worship, and Thine aid we seek.
1:6 Show us the straight way,
1:7 The way of those on whom Thou hast bestowed Thy Grace, those whose (portion) is not wrath, and who go not astray.

versi Qur’an Indonesia:
[1] Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
[2] Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
[3] Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
[4] Yang menguasai hari pembalasan.
[5] Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
[6] Tunjukilah kami jalan yang lurus,
[7] (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Perhatikan baik2 bahwa tidak ada kata ‘Katakan’ (Arab: ‘Kul’) dalam awal ayat ini. Jadi, siapa dong yang sembahyang pada Allah dalam Sura ini? Apakah Allah meminta diriNya sendiri untuk sembahyang padaNya? Sungguh konyol! Kebingungan ini akan seketika lenyap pada saat kita mengetahui bahwa Muhammad sendirilah yang meminta umatnya untuk berdoa pada Allah. Berdasarkan urutan (kronologi) turunnya wahyu, Sura ini merupakan satu dari lima Sura (dan Sura Fatiha ini adalah urutan Sura ke lima, atau ke enam, menurut beberapa ahli Islam) Qur’an. Sura ini turun pada saat Muhammad mulai berkhotbah tentang Hanifisme (Islam) dan dia menyusun ayat ini (beberapa sumber mengatakan dia menconteknya dari liturgi Yudaisme) bagi pengikutnya yang hanya sedikit jumlahnya saat itu.

Jika butuh bukti untuk menunjukkan bahwa memang Muhammad sendiri yang menulis Qur’an, maka Ummul Qur’an (Sura Fatiha) yang berjumlah tujuh ayat itu merupakan bukti yang paling jelas.

Lalu bagaimana sikap Muhammad jika orang2 ingin tahu bagaimana wahyu Allah datang padanya? Hadis Muslim berikut mengisahkan dengan jelas bahwa Umar dulu sering menyelimuti Muhammad dan Muhammad lalu tidur, mendengkur bagaikan seekor unta. Beberapa orang jadi ingin tahu dan mengintip melalui celah dan inilah yang mereka lihat:

Sewaktu wahyu turun, Umar menyelimuti Muhammad dengan selembar kain dan Muhammad mendengkur bagaikan unta…7.2654
Hadis Sahih Muslim, buku 7, nomer 2654:
Ya'la b. Umayya melaporkan atas ijin ayahnya (Allah berkenan pada mereka) bahwa seseorang datang menemui Rasul Allah (semoga damai menyertainya) pada saat dia berada di Ji’rana dan dia (orang itu) sedang mengenakan mantel yang diberi parfum, dan dia (pencerita) berkata: Ada bekas kuning di mantel itu. Dia berkata (pada sang Nabi Suci): Apakah yang kau ingin aku perbuat selama melakukan Umroh? (Pada saat inilah) wahyu turun pada Rasul Allah (semoga damai menyertainya) dan sedang diselimuti sebuah kain, dan Ya’la berkata: Saat itu aku melihat wahyu datang pada Rasul Allah (semoga damai menyertainya). Dia (Hadrat ‘Umar) berkata: Apakah kau akan senang jika melihat Rasul Allah (semoga damai menyertainya) menerima wahyu. ‘Umar mengangkat ujung selimut dan aku melihat padanya dan dia mengorok. Dia (pencerita) berkata: Tadinya kukira itu adalah suara unta. Ketika dia (Rasul) sadar dia berkata: Siapakah yang bertanya tentang Umra? Ketika orang yang bertanya datang, sang Nabi Suci (semoga damai menyertainya) berkata: Cucilah noda kuning, atau dia berkata: cucilah noda parfum dan tanggalkan kain itu dan lakukan Umroh sama seperti kau melakukan ibadah Haji.
Begitulah cara Allah bicara pada Muhammad – melalui lenguhan suara unta!


Orang buta memperbaiki Qur’an dan Allah!

Yang terakhir, sebagai bukti final Muhammad memperbaiki/menambah/menghilangkan isi ayat sesuai dengan tuntutan keadaan dan/atau permintaan orang lain, inilah contoh dari Ibn Umm Maktum, seorang buta di Mekah. Dia meminta Muhammad memperbaiki sebuah ayat untuk mengijinkan orang buta tidak usah melakukan Jihad. Orang buta ini sering mendengar khotbah Muhammad dan ingin berbicara dengannya tentang masalah tertentu dalam Islam. Awalnya Muhammad tidak mengindahkannya, tapi lalu dia menyesal karena tidak peduli terhadap orang buta ini. Maka Allah menegur Muhammad dalam Sura al-Abasa (Sura 80, yang urutan (kronologi) diturunkan adalah 24) yang berarti ‘Dia Berkerut Muka’. Ibn Umm Maktum akhirnya memeluk Islam dan jadi sahabat karib Muhammad. Ketika Muhammad menyatakan keunggulan para Muslim yang melakukan Jihad atau perang suci, orang buta ini ragu2 untuk ikut perang dan ingin dapat pengecualian. Sewaktu menulis Q 4:95, Muhammad lupa tentang orang buta ini. Maka Ibn Umm Maktum mengingatkannya akan hal itu. Sesuai permintaan, Muhammad dengan gesitnya mengubah ayat tersebut.

Berikut adalah dua hadis Bukhari yang menerangkan bahwa Ibn Umm Maktum mengubah pikiran Allah!

4:95 Muhammad memanggil Zayd untuk menuliskan wahyunya...6.60.117
Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Buku 60, Nomerr 117:
Dikisahkan Al-Bara:
Ketika ayat: "Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (di rumahnya)” (4:95) dinyatakan, Rasul Allah memanggil Zaid untuk menuliskannya. Pada saat yang sama Ibn Umm Maktum datang dan mengeluh tentang kebutaannya, maka Allah mewahyukan: “Kecuali mereka yang tidak sanggup (oleh karena luka atau buta atau lemah…”) (4:95).

Ini hadis serupa lainnya:
Muhammad dengan cepat mengubah sebuah ayat sesuai dengan permintaan orang buta tentang melakukan Jihad (4:95)... 6.61.512
Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Buku 61, Nomer 512:
Dikisahkan oleh Al-Bara:
Diwahyukan sebagai berikut: "Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (di rumahnya) dan mereka yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya” (4.95)
Sang Nabi berkata, "Panggil Zaid menghadapku dan suruh dia membawa papan tulis, tinta dan tulang skapula (atau tulang skapula dan tempta tinta).” Lalu dia berkata, “Tulislah: "Tidaklah sama antara mukmin yang duduk..”, dan pada saat itu 'Amr bin Um Maktum yang buta datang dan duduk di belakang sang Nabi. Dia berkata, “Wahai Rasul Allah! Apakah perintahmu bagiku (yang berhubungan dengan ayat tersebut) sebagai orang buta?” Maka, ayat itu pun diganti menjadi:
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (di rumahnya) kecuali mereka yang tidak sanggup (oleh karena luka atau buta atau lemah, dll”) dan mereka yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.” (4.95)

Berikut adalah hadis serupa dari Sahih Muslim:
Hadis Sahih Muslim, buku 20, nomer 4676
Telah dikisahkan dengan ijin dari Abu Ishaq bahwa dia mendengar Bara’ bicara tentang ayat Qur’an: “Tidak sama kedudukan antara mereka yang duduk (di rumah) diantara para mukmin dan mereka yang pergi berjihad di jalan Allah.” (4:95). (Dia berkata bahwa) sang Rasul Allah (semoga damai menyertainya) memerintahkan Zaid (untuk menulis ayat ini). Dia membawa tulang bahu (unta) yang menulis ayat itu di atasnya. Putra Umm Maktum mengeluh tentang kebutaannya pada Rasul Allah (semoga damai menyertainya). (Mendengar itu) wahyu berikut dinyatakan: “Dari antara kaum mukmin yang duduk (di rumah) tanpa masalah apapun (sakit, tidak mampu, cacat)” (4:95). Kisah ini disampaikan melalui dua rantai penyampai kisah lainnya.


Kesimpulan

Al-Qur’an bukanlah firman Allah yang Maha Kuasa. Allah, jika dia benar2 ada, tentunya sibuk dengan urusan lain yang lebih penting. Dia tidak punya waktu menulis kitab suci yang sangat tak beraturan, membingungkan, banyak salah sebagai bimbingan bagi manusia. Beberapa orang yang penuh ambisi dan suka memanfaatkan keadaan, dengan nama Allah dan juga bimbingan Muhammad, berusaha menyusun Qur’an dengan cara menyesuaikan, menambalsulam, dan terang2an mencontek kitab suci dan doktrin2 agama lain yang tidak diakui kebenarannya pada saat itu. Hal ini mereka lalukan untuk mencapai ambisi politik mereka di Jazirah Arabia, dan lalu menyebar dengan paksa ke berbagai negara2 damai sekitarnya. Qur’an adalah buah karya orang2 licik – yang bertujuan menipu orang2 bodoh di dunia – sebagai usaha jelas untuk memaksakan pandangan bahwa Arab lebih unggul. Semua Muslim harus belajar bahasa Arab untuk bisa membaca Qur’an dan melakukan sholat, memakai nama Arab dan menerima budaya Islam (yang tidak lain adalah budaya Arab Badui). Imperialisme Arab terselubung ini tampak jelas dalam Qur’an. Semua negara2 Islam membuktikan kebenaran pernyataan tertulisku ini. Jikalau orang tahu dengan jelas proses penulisan Qur’an yang dirahasiakan itu, maka imperialisme Arab terselubung itu akan jadi tampak nyata sekali sebagai tujuan utama Qur’an.

------------
Catatan kaki bagian III
[31] W.St. Clair Tisdal, The Sources of Islam, The Origins of the Koran, hal. 236-237
[32] Hughes Dictionary of Islam, hal. 551
[33] Ibid
[34] Ibn Ishaq, hal. 239
[35] Ibn Sa’d, vol. I, hal. 457

Tidak ada komentar: