Rabu, 02 Juli 2008

Kenapa Urutan Al-Qur'an Kacau Balau

TEORI DOKUMEN TERTULIS 

I. PENDAHULUAN 

Jika kita membaca Al-Qur’an maka kita akan dihadapkan pada sederetan kisah-kisah yang saling tidak menyambung satu dengan yang lainnya. Sama sekali tidak ada satu pola penulisan yang baku, apakah itu kronologis ataupun topikal. Semuanya tercampur baur tanpa adanya kejelasan maupun urutan. 

Richard Bell seorang pakar Islam dari Edinburgh dalam bukunya yang berjudul Bell’s Introduction to The Qur’an mengemukakan sebuah teori menarik tentang keberadaan catatan-catatan ayat-ayat Al-Qur’an dan penyusunannya kemudian yang “ASAL-ASALAN”. 

Sumber : 
Richard Bell : Pengantar Quran 
Direvisi oleh W. Montgomery Watt 
Edinburg University Press, 1970 
Terjemahan Indonesia : INIS, 1998 


Bab VI.3 : Hipotesa Bell Tentang Dokumen Tertulis 
… Teori ini tidak semata-mata bahwa bagian-bagian Quran ditulis pada masa yang cukup awal dalam karir Muhammad, tetapi lebih utama lagi kenyataan bahwa DITENGAH SURAH BISA MUNCUL BACAAN YANG SAMA SEKALI TIDAK BERKAITAN DENGAN KONTEKS harus dijelaskan dengan dugaan bahwa bacaan ini sebelumnya ditulis dibelakang “POTONGAN KERTAS” yang dipakai untuk salah satu bacaan bersebelahan yang memang termasuk dalam surah……. 

Istilah kertas di sini tidak harus berarti kertas seperti yang kita miliki sekarang 


II. PEMBAHASAN MASALAH 

Berikut akan diberikan beberapa contoh kasus. 

A. Contoh Pertama : Q.Surah 5 : 3 

Beberapa ahli menyatakan bahwa ayat QS 5 : 3c adalah ayat terakhir. 


Sumber : 
Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 
Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, 
Pustaka Rizki Putra, 2000, halaman 39 - 40 


4. Ayat yang Terakhir Turunnya 
Ayat yang terakhir turunnya menurut pendapat jumhur ialah : 
Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu (S. 5 : Al Maidah, 3) 

Jika dilihat keseluruhan ayat QS 5 : 3 dapat dibagi menjadi 4 bagian (a, b, c dan d). Ayat a, b, dan d berisikan tentang halal dan haram yang jelas adalah satu kesatuan. Sementara ayat terakhir yang bertopik kemenangan Islam justru hanya nyelip secara aneh di ayat c.

 

Q.Surah 5 : 3 
3a. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala 
3b. Dan (diharamkan) juga mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. 
3c. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. 
3d. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 


Menyelipnya ayat 3c secara aneh ini jelas hanya dapat diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut : 

Ayat 3a dan 3b ditulis pada satu lembar kertas sendiri, sementara ayat 3d ditulis pada lembar terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 3c dibalik kertas yang dipakai untuk mencatat 3a dan 3b. Oleh tim penyusun Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 3c ini adalah kesatuan dengan 3a, 3b dan 3d sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 3c ini memotong kesatuan ayat-ayat tentang halal dan haram tersebut. 


B. Contoh Kedua : Q.Surah 84 : 10 - 25 

Dalam ayat-ayat ini terdapat 2 topik yang dibahas yaitu : 

 

1. Judul perikop untuk ayat 10 – 15 dalam bahasa Indonesia adalah : ORANG-ORANG DURHAKA MENERIMA CATATAN AMALNYA DARI BELAKANG DAN AKAN DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA. 


2. Sementara untuk ayat 16 – 25 judul perikop adalah : MANUSIA MENGALAMI PROSES KEHIDUPAN TINGKAT DEMI TINGKAT 


Namun jika diperhatikan untuk perikop kedua yaitu ayat 16 – 25 ternyata sebetulnya terdiri dari 2 bahasan yaitu : 


* Ayat 16 – 19 berbicara tentang manusia yang mengalami kehidupan bertingkat-tingkat. 
* Ayat 20 – 25 : berbicara tentang nasib orang durhaka yang ternyata adalah kelanjutan dari ayat 10 – 15 sebelumnya.

 
Jadi ayat 16 – 19 terkesan terselip begitu saja sehingga memotong keseluruhan ayat-ayat tentang hari kiamat. 

Coba kita susun Q.Surah 84: 10 – 25 menjadi 2 bagian yaitu : 

Bagian pertama 


ORANG-ORANG DURHAKA MENERIMA CATATAN AMALNYA 
DARI BELAKANG DAN AKAN DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA 


Q.Surah 84 :
 

10 : Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang (thahrihi), 
11 : maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". (thubooran) 
12 : Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (saAAeeran) 
13 : Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). (masrooran) 
14 : Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (yahoora) 
15 : (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. (baseeran) 
20 : Mengapa mereka tidak mau beriman? (minoona) 
21 : dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, (yasjudoona) 
22 : bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya). (yukaththiboona) 
23 : Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka). (yooAAoona) 
24 : Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih, (aleemin) 
25 : tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya. (mamnoonin) 

 

Terlihat bagaimana kesamaan rima dari ayat 10 – 15 dan 20 – 25 yaitu n (in, na, an) yang jelas mengindikasikan bahwa ayat-ayat itu semula adalah satu kesatuan yang kemudian terpisah oleh ayat sisipan 16 – 19. 

Bagian kedua 

Adalah ayat 16 – 19 yang berbicara tentang tingkat hidup manusia. 
MANUSIA MENGALAMI PROSES KEHIDUPAN TINGKAT DEMI TINGKAT 


Q.Surah 84 

16 : Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, (bialshshafaqi) 
17 : dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, (wasaqa) 
18 : dan dengan bulan apabila jadi purnama, (ittasaqa)

 

Semua rima ayat 16 – 19 berakhiran dengan q yang jelas berbeda dengan ayat 10 – 15 dan 20 – 25 yang berakhiran n. 


Transliterasi diambil dari Divine Islam's Qur'an Viewer software v2.8 

Menyelipnya ayat 16 – 19 secara aneh ini jelas hanya dapat diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut : 

Semula Q.Surah 84 : 10 – 15 dan 20 – 25 ditulis dalam 2 lembar kertas terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 16 – 19 dibalik kertas yang digunakan untuk mencatat ayat 10 – 15. Oleh tim penyusun Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 16 – 19 adalah kelanjutan ayat 10 – 15 sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 16 – 19 memotong kesatuan ayat-ayat tentang nasib orang-orang durhaka tersebut (ayat 10 – 15 dan 20 – 25). 


C. Contoh Ketiga : Q.Surah 75 : 1 - 25 

Dalam ayat-ayat ini terdapat 2 topik yang dibahas yaitu : 


1. Judul perikop untuk ayat 1 – 15 dalam bahasa Indonesia adalah : HARI KIAMAT DAN HURU HARANYA. 
2. Sementara untuk ayat 16 – 25 judul perikop adalah : TERTIB AYAT-AYAT DAN SURAT-SURAT DALAM AL QUR'AN MENURUT KETENTUAN ALLAH. 


Namun jika diperhatikan untuk perikop kedua yaitu ayat 16 – 25 ternyata sebetulnya terdiri dari 2 bahasan yaitu : 


* Ayat 16 – 19 berbicara tentang tertib ayat-ayat Qur’an 
* Ayat 20 – 25 : berbicara tentang hari kiamat yang ternyata adalah kelanjutan dari ayat 1 – 15 sebelumnya


Jadi ayat 16 – 19 terkesan terselip begitu saja sehingga memotong keseluruhan ayat-ayat tentang hari kiamat. 

Coba kita susun Q.Surah 75: 1 – 25 menjadi 2 bagian yaitu : 

Bagian pertama 
Adalah : ayat 12- 15 dilanjutkan 20 – 25 yang berbicara tentang hari kiamat. 


Q.Surah 75:

 
1. Aku bersumpah demi hari kiamat, 
2 dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) [1531]. 
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? 
4. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. 
5. Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. 
6. Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" 
7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), 
8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya, 
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan, 
10. pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?" 
11. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! 
12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. 
13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. 
14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri [1532], 
15. meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. 
20. Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, 
21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. 
22. Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. 
23. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. 
24. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, 
25. mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat. 


Terlihat bagaimana penggabungan diatas menghasilkan satu konteks yang lengkap yaitu tentang HARI KIAMAT. 

Bagian kedua 


Adalah ayat 16 – 19 yang berbicara tentang tertib ayat-ayat Qur’an. 
Q.Surah 75 


16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya [1533]. 
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 
19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.

 
Kesalahan ini diperjelas lagi dengan mengamati rima dari keseluruhan ayat 1 – 25 (sekalipun tidak sejelas contoh kedua diatas) : 


1. Di ayat 1 – 15 terdiri dari : 4 akhiran ti / tun, 4 berakhiran hu dan 7 berakhiran ru / ra. Diayat 20 – 25 seluruhnya berakhiran ta / tun. Jadi mayoritas berakhiran t (10 kali) dan r (7 kali). 
2. Sementara 16 – 19 seluruhnya bearakhiran hu / hi. 

 

Dalam aksara Arab, huruf dasar t dan r hampir sama yang jelas mengindikasikan ayat 1 – 15 dan 20 – 25 semula adalah satu kesatuan kemudian tersisipkan dengan ayat 16 – 19 yang jelas tidak ada kaitan konteks. 

Menyelipnya ayat 16 – 19 secara aneh ini jelas hanya dapat diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut : 

Semula QS 75 : 1 – 15 dan QS 75 : 20 – 25 ditulis dalam 2 lembar kertas terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 16 – 19 dibalik kertas yang digunakan untuk mencatat ayat 1 – 15. Oleh tim penyusun Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 16 – 19 adalah kelanjutan ayat 1 – 15 sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 16 – 19 memotong kesatuan ayat-ayat tentang hari kiamat tersebut (ayat 1 – 115 dan 20 – 25). 

Sangat ironis karena diayat yang menjelaskan tentang tertib Al-Qur’an justru menjadi bukti tidak tertibnya ayat-ayat Al-Qur’an. 


III. SANGGAHAN 

Muslim mungkin akan berargumentasi bahwa penurunan ayat-ayat al-Qur’an adalah sepotong-sepotong disesuaikan dengan kejadian yang dihadapi oleh Muhammad . Namun inipun tidak menjelaskan bagaimana bisa ayat yang sudah lengkap kemudian disisip secara acak dengan ayat-ayat lain yang tidak ada hubungan konteksnya. 

Kontradiksi berikutnya adalah tentang URUTAN SURAH-SURAH AL-QUR'AN 

Pendapat pertama : 
Al-Qur’an sudah disusun menurut ketentuan nabi Muhammad  


Dikutip dari : 
Al Itqan I, halaman 99 
Al Burhan I, halaman 237 


Berdasar sebuah hadis dengan isnad dari Bukhari dan Muslim yang menyebutkan Zaid bin Tsabit berkata, “Di kediaman rasulullah kami dahulu menyusun ayat-ayat Al-Qur’an yang tercatat pada riqa ..” 

Pengertian menyusun ditafsirkan menyusun ayat-ayat dan surah-surah menurut perintah nabi Muhammad. 

Dikutip dari : 
Sunan, Tirmidzi, kitab Al-Tafsir, bab sura 9

 
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Usman ibn Affan bahwa apabila diturunkan kepada nabi suatu wahyu, ia memanggil sekertarisnya untuk menuliskannya, kemudian ia bersabda “Letakkanlah ayat ini dalam surat yang menyebutkan begini atau begitu” 

Namun uniknya tidak terdapat banyak riwayat tentang nabi menyusun urutan-urutan ayat dan surah-surah Qur’an. 

Pendapat dari Quraish Shihab dalam kata pengantar untuk buku : 
Rekonstruksi Sejarah al Qur’an, 
Taufik Adnan Amal 
FKBA, halaman xvii 


“Namun hampir tidak bisa ditemukan berbagai riwayat yang mengatakan bahwa ayat sekian ditempatkan setelah ayat ini dan sebagainya. Sekiranya ada, maka al Qur’an akan membutuhkan sekian ribu riwayat nabi atau sahabat tentang susunan al Qur’an, mengingat ayat-ayat tersebut diturunkan secara terpisah selama 23 tahun. Karya-karya sedetail Al Burhan dan al Itqan juga tidak menukil riwayat-riwayat tersebut”. 

Pendapat kedua : 
Al-Qur’an disusun berdasarkan kesepakatan para sahabat nabi 

Dikutip dari : 
Al Burhan I halaman 262 karya Zarkasyi : 
Pendapat didasarkan pada hadis dari Imam Malik yang menyatakan : 
“Bahwa urutan surah-surah al Qur’an disusun atas dasar ijtihad mereka (para sahabat nabi) sendiri” 

Urutan surah bukan merupakan hal yang diwajibkan Allah, tapi sesuatu yang berasal dari ijtihad dan kemauan para sahabat sendiri. Karena itu setiap mushaf mempunyai urutan sendiri 

Pendapat ketiga : 
Karena ada 2 pendapat yang bertentangan, maka harus ada pandangan yang berada ditengah-tengah, yaitu urutan Qur’an sebagian berasal dari nabi sebagian berasal dari sahabat-sahabat nabi. 

Dikutip dari : 
Membahas Ilmu-Ilmi Qur’an 
DR Subhi as Shalih 
Pustaka Firdaus, halaman 82 
(catatan : sekalipun Subhi as Shalih tidak sependapat dengan pandangan ini) : 
Al Qadhi Abu Muhammad bin Athiyyah mengatakan, “Semasa hidup rasulullah banyak surah telah diketahui susunan dan urutannya ..... sehingga susunan berdasar kehendak dan petunjuk rasulullah jauh lebih besar, dan yang berdasarkan ijtihad amat sedikit. 

Jadi hampir tidak ada kejelasan sama sekali tentang bagaimana Qur’an disusun. 

Berikut ini diberikan perbedaan susunan 10 sura awal mushaf-mushaf sebelum Usman dan perbandingannya dengan edisi Kairo 1923/24. 

Edisi Kairo Ubay Mas’ud Ibn Abbas Ali b. Abi Talib 

1. Al Fatihah Al Fatihah Al Baqara Al Alaq Al Baqara 
2. Al Baqarah Al Baqarah An Nisa Al Qalam Yusuf 
3. Ali Imran An Nisa Ali Imran Adh Dhuha Al Ankabut 
4. An Nisa Ali Imran Al Araf Al Muzammil Al Rum 
5. Al Maidah Al Anam Al Anam Al Mudatasir Luqman 
6. Al Anam Al Araf Al Maidah Al Fatihah Fush shilat 
7. Al Araf Al Maidah Yunus Al Lahab Adz Dzariyat 
8. Al Anfal Yunus At Tawba At Taqwir Al Insaan 
9. At Tawba Al Anfal Al Nahl Al Ala Al Sajdah 
10. Yunus At Tawba Hud Al Lail Al Naziat 



Sumber : 
Ubay bin Kaab dari Ibn Al Nadim – Fihrist, halaman 61 
Ibn Mas’ud dari Ibn Al Nadim – Fihrist, halaman 57 
Ibn Abbas dari Az Sanjani – Tarikh, halaman 101 - 103 
Ali dari Az Sanjani – Tarikh, halaman 95f 

Terlihat tidak adanya satu keseragaman susunan surah-surah Al-Qur’an pada mushaf-mushaf sebelum Usman. Jadi tampaknya susunah surah itu ditentukan sendiri oleh para penulis mushaf, ada yang mengacu pada panjang – pendek (Ubay dan Mas’ud) ada yang mengacu pada kronologis (Ibn Abbas dan Ali) 


IV. KESIMPULAN 

Dari uraian diatas dapat dikatakan hipotesa Richard Bell sangat masuk diakal. 

Juga dapat dikatakan dengan cukup kepastian adalah : 


1. Penyusunan Al-Qur’an tidak lebih dari sekedar pembundelan catatan-catatan yang dikumpulkan dari berbagai pihak. 

2. Tim penyusun Al-Qur’an tidaklah mengetahui secara pasti kronologis penurunan ayat dan taraf kelengkapannya sehingga ayat yang sudah lengkap dipotong begitu saja ditengah-tengah tanpa adanya kesinambungan cerita. 

3. Klaim Al-Qur’an sudah dihafal luar kepala oleh ratusan/ribuan sahabat nabi tidak lebih hanya ungkapan hiperbolis saja. Jika untuk mengingat urutan saja tidak bisa bagaimana bisa mengingat seluruh Al-Qur’an???

Senin, 30 Juni 2008

Qur'an atau Qur'an-Qur'an ?

Qur'an atau Qur'an-Qur'an?
(Contoh perbedaaan Quran sebelum diseragamkan pada th 1924, lafal Arab dan ayat Quran dalam terjemahan ini berdasarkan tulisan aslinya )

Oleh Athanasios AbdulRahman
http://geocities.com/Athens/Olympus/5591/var1.htm

Materi ini berasal dari :
The reading ways of Qur'an dictionary: (moa'agim alqera'at alqura'nia):
Ini adalah sebuah buku berbahasa Arab yag ditulis oleh para sarjana Islam dan dipublikasikan oleh : Kuwait University dalam 8 jilid, edisi pertama tahun 1982 (Arabic) Penulis: Dr. Abdal'al Salem Makrem dan Dr. Ahmed Mokhtar Omar
Mereka professeors professor bahasa Arab di Kuwait Univirsity.
Penerbit: Zat Alsalasel - Kuwait


Pendahuluan :

Ada banyak versi kitab-kitab Quran [massahif] yang ditulis sampai hari Othman Ibn Afaan, membakar kitab-kitab yang lain dan menyimpan satu salinan yang sah. Sebagai contoh adalah :

1- Qur'an menurut Ali bin abi talib
2- Quran menurut Ibn Mass'oud
3- Quran menurut Aobi bin Ka'ab

Itu bukan berarti orang-orang ini menulis Quran; tetapi mereka merupakan rujukan untuk bagaimana Quran seharusnya di baca . Ada tujuh jalan (cara)untuk membaca Quran ( mengikuti ayat tentang tujuh huruf dalam Quran [alssib' ailmithani]) plus tiga jalan yang lain “lengkap” (mokimila) plus empat tambahan, yang biasa disebut abnormal [shaza].

Pembaca ke tujuh jalan dan murid-muridnya :

1- Nafaa': Qalon + Warsh
2- Ibn Kathir: Albizi + Qonbil
3- Abi amro: Aldori + Alsosi
4- Ibn Amer: Ibn Aban + Ibn Thkwan
5- Assemm: Abo Biker + Hafas
6- Alkessa'i: Allith + Aldori
7- Hamza: Albizaz + Abo Isa Alsirfi

Pembaca ke tiga jalan dan murid-muridnya :

1- Abo Ji'faar: Ibn Wardan + Ibn Jmaz
2- Yaccob: Rois + Roh
3- Khalif: Almrozi + Iddres

Pembaca ke empat jalan dan murid-muridnya

1- Ibn Mohisn: Albizi + Ibn Shinboz
2- Alyazidi: Soliman Ibn Alhakam + Ahmed Bin Farah
3- Alhassan Albassry: Abo Na'im Albalkhi + Aldori
4- Ala'mash: Amotodi + Alshinbzi Alshttaoi

Perbedaan :
1. Spelling
2. Tone (harkat)
3. A’rab (grammar)
4. Penggunaan kata yang serupa tapi berbeda (seperti perangi, bunuh)
5. Perubahan letak kalimat.
6. Penambahan atau penghilangan kata-kata.

Apa yang aku akan coba katakan adalah jelas, tak seorangpun akan berkata cuman ada satu Quran. Aku mencoba untuk memperingatkan muslim bahwa Quran bukanlah "filohen mahfouz" atau “dalam lempengan yang terpelihara”. Bila cuma satu; maka mengapa ada perbedaaan di dalamnya. Muslim tidak menerima Injil; kerena secara resmi ada empat. Mereka menginginkan Injil asli. Mereka tidak menerima kalimat “ Menurut …”tetapi mereka mempunyainya. Sekarang Quran yang kita gunakan seluruhnya adalah Quran menurut Aobi Ibn Ka’ab.

Jadi apa artinya ? Mari kita lihat tiga contoh dari Sura Maryam.

1. Contoh pertama : Sura Maryam 19:19. [English translation based on the one done by Yusuf Ali.]

Text Hafs terbaca : Dia berkata, “ Aku adalah utusan Tuhanmu, untuk MENGARUNIAKAN (siapa yang mengaruniakan? : malaikat) engkau seorang putra yang suci.”
Kata Arab : li’ahiba .

Naafa’, Abo’mro, Qalon, Warsh….….terbaca : Dia berkata, “ Aku utusan Tuhanmu, untuk MENGARUNIAKAN (siapa yang mengaruniakan?: Tuhan) engkau sorang putra yang suci.”
Kata Arab : liyihiba.

Albhar Almohit, “Alkishaf” sebuah buku untuk Alzimikhshiry terbaca : Dia berkata, “Aku adalah utusan Tuhanmu, DIA MEMERINTAHKAN AKU UNTUK MENGARUNIAKAN MU seorang putra yang suci.”
Kata Arab : amarani’n’hiba.


2- Contoh ke dua : Sura Maryam 19:25 [English translation based on the one done by Yusuf Ali.]

Text Hafs terbaca : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu : IA AKAN JATUH buah-buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”.
Kata Arab : toosaqit.

Hamza, Al’mish :” “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu : JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : tasaaqat.

Assem, alkiss’ai, al’mish : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: IA AKAN JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : yassaqat.

Abo Amro, Assem, Nafi’ : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: AKAN JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : tasaaqat

Abo Nahik, Abo Haii’ : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: IA JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : tosqt

"Al'e'rab" sebuah kitab untuk Alnahas : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: KAMI AKAN JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : nosaqit.

Massrouq : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: KAMI AKAN JATUH [seseorang yang tidak dikenal akan menjatuhkan] buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : yosaqit.

Abo Haiia: : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: IA JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : tasqwt .

Abo Haiia: : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: JATUH buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : yasqwt .

Abo Haiia: : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: IA AKAN JATUH [satu demi satu] buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : tatasaqat .

Abo Haiia: : “Dan bergoyang batang pohon kurma kearah dirimu: JATUH [FALLING] buah kurma yang segar dan masak ke padamu.”
Kata Arab : yosqt .


3- Contoh ke tiga : Sura Maryam 19:256 [English translation based on the one done by Yusuf Ali.]

Zid Bin Ali : Maka makan dan minum dan sejukkankan mata (mu). Dan bila engkau melihat siapapun, katakana, “ Aku bernazar PUASA kepada (Allah) Maha Pemurah, dan hari ini aku mulai tidak berbicara dengan manusia ’.
Kata Arab : Syaman

Abed Allah Bin Massoud, , Aniss Bin Malek : Maka makan dan minum dan sejukkan mata (mu). Dan bila engkau melihat siapapun, katakana, “ Aku bernazar KEBISUAN kepada (Allah) Maha Pemurah, dan hari ini aku mulai tidak berbicara dengan manusia ‘.
Kata Arab : Samten.

Aobi Bin Ka'ab, Aniss Bin Malek: Maka makan dan minum dan sejukkan mata (mu). Dan bila engkau melihat siapapun, katakana, “ Aku bernazar PUASA BISU kepada (Allah) Maha Pemurah, dan hari ini aku mulai tidak berbicara dengan manusia ’
Kata Arab : swmen samten.

Aniss Bin Malek: Maka makan dan minum dan sejukkan mata (mu). Dan bila engkau melihat siapapun, katakana, “ Aku bernazar PUASA DAN KEBISUAN kepada (Allah) Maha Pemurah, dan hari ini aku mulai tidak berbicara dengan manusia ’
Kata Arab : swmen wa samten.


Link artikel yang serupa :

The Diferrent Arabic Versions of The Quran.
http://answering-islam.org.uk/Green/seven.htm

DEBAT: Quran wahyu Tuhan ? Sbh analisa sejarah

The Leicester Debate: Jay Smith vs Shabir Ally
---------------------------------------------------------------------- ----------
Yang Mana kata Tuhan - Injil atau Qur'an?

Inilah topik debat di Universitas Leicester University tgl 8 May 1998 oleh Jay Smith, apologis Kristen di London dan Shabir Ally dari the Canadian Islamic Propagation Centre.

Siapa Jay Smith ?
http://www.facultylinc.com/national/fslf.nsf/59c5e3011944a2eb862569130 07e2a01/31c07fd70851242785256916006e590c?OpenDocument

Sekitar 600 siswa memenuhi the Rattray Lecture Theatre dgn banyak lagi berkumpul di pintu2 dan gang2. Sekitar 200 orang menonton lewat layar TV.

Para 'pakar' Liberal
Meminjam materi 'pakar' Kristen Liberal, Shabir sebelumnya menyerang otentisitas Injil Perjanjian Baru ; menunjuk pd tuduhan tambal sulam, tidak konsisten dlm manuskrip2 dan megnatakan bahwa beberapa buku (eg 2 Peter) tidak ditulis oleh para apostle.

Ia menggunakan karya2 Bruce Metzger, emeritus professor of New Testament at Princeton Theological Seminary, dan penulis ‘Manuscripts of the Greek Bible’. Saat debat berlangsung nampak jelas bahwa ia sekedar mengutip Metzger yg sendirinya mengutip pendapat2 penulis lain.

Bukti Manuskrip
Jay Smith memulai pembelaannya dgn resume dampak Injil terhdp sejarah dunia sebelum menguraikan dukungan Qur’an pd otoritas Injil dan membedakan bukti arkeologis dan manuskrip kedua kitab suci itu.
Dlm diskusi, Qur’an nampak kalah besar.

Dlm balasannya, Shabir menekankan kembali point2nya terdahulu dan kemudian mengritik keras hukum2 Perjanjian Lama. Spt juga di Birmingham ia tidak berupaya membela historisitas Qur’an dan tradisi Islam.

Pembalasan Jay menunjukkan fakta bahwa akademisi Muslim belum memiliki jawaban atas pertanyaan otentisitas historis Qur’an. Ia lalu menunjukkan sebuah buku berjudul ‘101 penjelasan atas kontradiksi dlm Injil’ menjawab buku Shabir yg tadinya disampaikan di Birmingham.

Diskusi Berguna
Setelah debat itu, beberapa siswa Muslim menghampiri Shabir dan bertanya mengapa ia tidak membela historisitas Qur’an. Jelas bahwa mereka menunggu jawaban yg ia tidak sanggup berikan. 2 siswa Muslim dan 2 siswa atheis mengucapkan selamat kpd Jay.

Buku ‘101 penjelasan atas kontradiksi’ ini tersedia di internet dan kritik historis Jay Smith terhdp Qur’an dan Hadis dibahas dlm isu Isa Masih dlm judul ‘Problems with the Qur'an’.

---------------------------------------------------------------------- -----------
http://debate.org.uk/topics/history/debate/part1.htm#B

DEBAT KEDUA, dgn Jamal Badawi
"Is the Qur'an the Word of God?" -
BY JAY SMITH

A: PENDAHULUAN
Bln Agustus 1995 saya diundang berdebat ttg topik, "Apakah Qur'an kata/wahyu Tuhan ?" dgn Dr. Jamal Badawi. Debat ini berlangsung di Trinity College, Cambridge dan setelah tesis kami berdua disampaikan kpd hadirin, disediakan 1 jam bagi pertanyaan utk hadirin Muslim maupun non-Muslim. Dibawah ini adalah isi tesis saya dlm debat itu.

Karena tingginya perhatian pd topik ini, kami menempatkan tesis ini beserta dgn 10 tesis apologis lainnya dan beberapa bantahan Muslim di http://www.domini.org/debate/home.htm).

---------------------------------------------------------------------- ----------

Islam mengatakan bahwa Qur'an bukan saja wahyu dari Tuhan tetapi pengungkapan terakhir kpd umat manusia. Ini bisa dilihat dari kata2 "Ibu semua kitab" dlm Surah 43:2-4. Muslim bersikeras bahwa Qur'an adalah ungkapan pernyataan Tuhan paling akhir dan setiap kata dlm Quran sama persis dgn apa kata Allah. Kitab Quran yang asli disimpan di surga. Surah 85:21-22 mengatakan, "Nay this is a glorious Qur'an, (inscribed) in a tablet preserved." Para pakar Islam oleh karena itu mengatakan bahwa surah ini merujuk pada kitab Quran yang disimpan di surga dan oleh karena itu tidak pernah diciptakan. Qur'an yg tersebar di bumi adalah identik dgn yg disimpan di surga, bahkan sampai kepada tanda titik, judul dan pembagian bab. Persis sama.

Menurut tradisi Muslim, wahyu2 ini diturunkan (Tanzil atau Nazil), kpd bagian langit ketujuh yg paling bawah pada bulan Ramadan, pada malam lailat al Qadr (Surah 17:85).

Sejak itu wahyu2 diturunkan oleh Muhamad secara bertahap, sesuai kebutuhan, lewat Jibril (Surah 25:32). Jadi, setiap huruf bebas dari pengaruh manusia, shg menampakkan Qur'an sbg suci, memiliki otoritas dan integritas.

Pernyataan2 diatas tidak pernah terbukti benar atau tidak. Karena orang selalu enggan utk memaparkan pertanyaan ttg Qur'an dan Muhamad karena takut mengundang reaksi negatif.

Baru sekarang, para pakar sekuler Islam ("Orientalis") menguji kembali sumber2 islam ini. Dan mereka menemukan bahwa Qur'an tidak diturunkan kpd satu orang, tetapi merupakan kumpulan atau peng-editan oleh sekelompok orang selama beberapa abad (Rippin 1985:155; dan 1990:3,25, 60). Jadi, Qur'an yg kita baca sekarang tidak sama dgn apa yg ada pada abad ke 7M. Kemungkinan merupakan hasil abad 8M dan 9M (Wansbrough 1977:160-163).

Akibatnya, tahap pembentukan Islam, menurut mereka, tidak berlansung pada masa Muhamad, namun berkembang selama 200-300 tahun berikutnya (Humphreys 1991:71, 83-89).

Sumber2 materi bagi periode ini, namun demikian, sangat sedikit. Dan diluar Qur'an, semua sumber berusia jauh setelah abad 7. Sebelum 750M kami tidak memiliki dokumen yg bisa di-verifikasi yg bisa menjelaskan periode pembentukan Islam ini (Wansbrough 1978:58-59). Tidak ada satupun materi yg eksis guna membuktikan materi tradisi Islam ini. Dokumen berikutnya hanyalah mencontek dokumen2 sebelumnya, yg tidak lagi eksis (kalau memang pernah eksis) (Crone 1987:225-226; Humphreys 1991:73).

Periode klasik ini (sekitar 800 AD) menggambarkan masa lalu tetapi dari sudut pandangnya sendiri, spt orang dewasa menulis ttg masa kecilnya yg cenderung mengingat2 hal yg manis2 saja. Shg kesaksian ini bersifat tidak obyektif dan oleh karena itu tidak dpt diterima sbg otentik (lihat studi2 Crone ttg problema tradisi, khususnya mereka yg tergantung cerita2 penyair2 setempat di Mekah....1987, pp.203-230 dan ‘Slaves on Horses’, 1980, pp. 3-17).

Akibatnya, jurang pendapat antara pakar sejarah dgn Muslim semakin besar: Muslim ortodox percaya penuh bahwa wahyu Islam adalah intervensi Ilahi lewat Jibril selama periode 22 thn (610-632 A.D.), masa yg menetapkan hukum dan tradisi yg akhirnya membentuk Islam.

Tetapi teori ini pula diragukan sejarawan sekuler karena ini mengasumsi bahwa pd abad ke 7, Islam, sebuah agama yg terdiri dari hukum dan tradisi yg njelimet dibentuk dlm sebuah budaya nomad terbelakang dan berfungsi penuh dlm hanya 22 thn.

Wilayah Arabia sebelumnya tidak dikenal sbg dunia beradab. Periode ini bahkan dicap sbg periode Jahiliyah (period keterbelakangan). Wilayah Arabia sebelum Muhamad tidak memiliki budaya maju, apalagi infrastruktur yg diperlukan utk menciptakan keadaan yg mendukung pembentukan Islam (Rippin 1990:3-4). Jadi, bgm Islam diciptakan secepat dan serapih itu ? Dlm lingkungan padang pasir yg terbelakang ?

Muncullah kelompok2 pakar sejarah baru ttg Islam, spt Dr. John Wansbrough, Michael Cook [dari SOAS, London], Patricia Crone dari Oxford/ Cambridge, Yehuda Nevo dari University of Jerusalem, Andrew Rippin dari Canada,dll.

Tulisan saya ini didasarkan atas studi mereka guna dpt mengerti asal usul Qur'an. Ini merupakan materi yg perlu dihadapi para apologis Muslim dgn serius karena kebanyakan data mereka meragukan claim2 para pakar Muslim tradisonal ttg Qur'an dan Muhamad.

Mari kita mulai.
---------------------------------------------------------------------- ----------

B: PROBLEMA DGN TRADISI2 ISLAM


B1: SUMBER2 ISLAM
Semua studi ttg Quran harus dimulai dgn problema sumber2 primer dan sumber2 sekunder. Sumber2 primer adalah materi yg paling dekat pd peristiwa ybs. Sumber sekunder hanya menyangkut materi akhir2 ini, dan tergantung sumber2 primer.

Dlm Islam, sumber2 primer yg kita miliki adalah 150-300 th setelah peristiwa ybs, dan oleh karena itu cukup jauh dari peristiwa tsb (Nevo 1994:108; Wansbrough 1978:119; Crone 1987:204).

Oleh karena itu, sumber2 sekunder, tergantung dr materi lain, kebanyakan tidak lagi eksis.

Sumber2 pertama dan terbesar adalah "tradisi Muslim atau Islam."

Tradisi Muslim merupakan tulisan2 yg disusun Muslim pd abad ke 8-10M ttg apa yg dikatakan dan dilakukan Muhamad pada abad 7M serta komentar2 ttg Qur'an. Ini merupakan materi yang paling luas yg pernah kami miliki ttg masa dini Islam. Tradisi2 ini juga ditulis secara lebih mendetil, mencakup tanggal2 dan keterangan ttg apa yg terjadi. Mereka merupakan pelengkap Qur'an.

Qur'an sendiri sulit diikuti, membingungkan pembaca karena meloncat dari cerita yang satu ke cerita yang lain, dgn sedikit narasi latar belakang ataupun penjelasan, oleh karena itulah diperlukan Tradisi karena mereka menambahkan detil2 yg hilang.

Dlm beberapa hal, Tradisi lebih kuat ketimbang Qur'an; contoh, saat Qur'an menyebut ttg tiga kali solat (surah 11:114; 17:78-79; 30:17-18 dan mungkin 24:5, sementara Tradisi menyebut lima kali solat, yg kemudian diterima Muslim. (Glasse 1991:381).

Para pengarang Tradisi ini bukan penulis, melainkan pengumpul dan editor yg mengumpulkan informasi yg disampaikan kpd mereka dan lalu mereproduksinya.

Ada banyak pengumpul informasi, tetapi empat orang dianggap yg paling otoritatif oleh Muslim dan kesemuanya mengumpulkan materi mereka antara thn 750-923 AD. (atau 120-290 tahun setelah kematian Muhamad).

Sirat Rasulullah adalah kesaksian ttg kehidupan tradisonal nabi (termasuk pertempuran2nya). Yang paling komprehensif ditulis oleh Ibn Ishaq (w. 765 AD), walau tidak ada satupun manuskripnya eksis di jaman ini.

Akibatnya, kita tergantung Sirat-nya Ibn Hisham (w. 833 AD), yg katanya diambil dari Ibn Ishaq, walau, menurut pengakuannya sendiri (menurut riset Patricia Crone) ia menghindari topik2 yg dianggap rawan, spt hal2 yg dianggapnya keterlaluan, dan hal2 yg tidak dapat ia percaya. (Crone 1980:6).

Hadis adalah ribuan laporan pendek atau narasi (akhbar) ttg perkataan dan kelakuan nabi yg dikumpulkan Muslim di abad 9-10M. Yang paling terkenal adalah koleksi hadis al-Bukhari (w. 870 AD) dan dianggap Muslim sbg yg paling otoritatif.

Ta'rikh adalah sejarah atau kronologi kehidupan nabi, yg paling terkenal ditulis oleh al-Tabari (w. 923 AD) pada permulaan abad ke 10M.

Tafsir adalah komentar dan exegesis ttg Qur'an, bahasa dan konteks; yang paling terkenal ditulis al-Tabari (w. 923 AD).


B2: TANGGAL2 TERLAMBAT

Nah, pertanyaan pertama adalah, mengapa tradisi2 diatas ini ditulis begitu terlambat ? 150-300 tahun setelah kejadian ?

Kami tidak memiliki satupun kesaksian dari masy Islam selama 150 tahun pertama, antara invasi2 Arab pertama [permulaan abad ke 7] dan timbulnya naratif2 sira-maghazi dari literatur Islam paling dini" [menuju abad ke8] (Wansbrough 1978:119).

Masa tidak ada sedikitpun bukti2 atas perkembangan tradisi kuno Arab menuju Islam selama 150 thn itu ? Faktanya memang, kita tidak temukan apa-apa (Nevo 1994:108; Crone 1980:5-.

Muslim ada yg tidak setuju dan bersikeras bahwa ada bukti tradisi2 yg lebih dini, khususnya dari Muwatta oleh Malik ibn Anas (lahir th 712 AD dan wafat 795 AD). Norman Calder dlm bukunya ‘Studies in Early Muslim Jurisprudence’ tidak setuju dgn tanggal dini itu dan mempertanyakan apakah karya2 itu bisa diatribusikan kpd para pengarang2 dini. Katanya, kebanyakan teks jaman itu merupakan
"teks2 sekolah," ditransmisikan dan dikembangkan selama beberapa generasi dan dalam bentuk yg jelas jauh lebih modern daripada jaman ‘pengarang2 asli.’

Setelah adanya asumsi bahwa hukum Shafi'i (yg menuntut bahwa semua hadis dicari sumbernya ke Muhamad) hanya berlaku sesudah th 820 AD, ia menyimpulkan bahwa karena Mudawwana sama sekali tidak menyinggung otoritas kenabian Muhamad (padahal Muwatta melakukannya), ini berarti bahwa Muwatta pastilah dokumen paling akhir.

Akibatnya, Calder menempatkan Muwatta tidak sebelum 795 AD, tetapi setelah ditulisnya Mudawwana pada th 854 AD. Malah Calder menempatkan Muwatta bukan di abad ke 7, malah ke abad 11 di Cordoba, Spanyol (Calder 1993). Kalau memang ia benar, maka kami memang tidak memiliki bukti apapun ttg tradisi dari masa permulaan Islam.

Humphreys mengatakan, "Muslimin, kami asumsi, pastilah sangat berhati2 dlm mencatat prestasi spektakuler mereka, sementara masy yg mereka jajah, mereka yang jauh lebih berpendidikan dan beradab, pasti sulit mengerti nasib apa yg menimpa mereka." (Humphreys 1991:69) Namun menurut Humphreys, semua yg kami temukan dari periode dini ini adalah sumber2 yg , "entah terpecah2 (fragmented) atau mewakili perspektif yg sangat spesifik atau bahkan eksentrik," shg menjadikan sulit utk merekonstruksi abad pertama Islam secara memadai (Humphreys 1991:69).

Pertanyaannya, oleh karena itu, dari mana para penyusun abad ke 8 dan 9M mendapatkan materi mereka ?

Jawabannya ? Kita tidak tahu.
"Bukti atas dokumentasi sebelum 750 AD terdiri dari hampir seluruhnya kutipan2 meragukan yg tercatat dlm kompilasi abad berikutnya." (Humphreys 1991:80)

KESIMPULAN, tidak adanya bukti yg meyakinkan bawha Tradisi memang berbicara secara jujur ttg kehidupan Muhamad, atau bahkan Qur'an (Schacht 1949:143-154). Kami diminta utk percaya bahwa dokumen2 ini, yg tertulis ratusan tahun dianggap akurat, walau tidak dibarengi dgn bukti diluar Isnad, yg tidak lebih dari daftar nama2 mereka yg menurunkan tradisi2 ini.

Bahkan Isnad tidak didukung oleh dokumen yg bisa membuktikan otentisitas mereka (Humphreys 1991:81-83) !

Lebih jelas ttg Isnad, di akhir paper ini.


B2a: TULISAN
Muslim membela diri dgn mengatakan bahwa tanggal2 terlambat sumber2 primer itu dikarenakan tradisi tulisan dlm kawasan terisolasi itu pada jaman itu belum ada. Ini jelas omong kosong karena tradisi menulis diatas kertas sudah dimulai jauh sebelum abad ke 7. Kertas tulis diciptakan di abad ke empat dan digunakan secara luas di dunia beradab setelah itu. Dinasti Persia, Umayyad, bermarkas di Syria, daerah yg tadinya Kristen Byzantin dan BUKAN Arab. Mereka merupakan budaya maju yg menggunakan sekretaris dlm istana2 Kalifah, dan membuktikan bahwa penulisan manuskrip sudah dikembangkan disitu.

Dikatakan bahwa jazirah Arab (atau dikenal sbg Hijaz) di abad ke 7 dan sebelumnya merupakan daerah perdagangan dgn karavan2 melewati rute2 utara-selatan dan mungkin timur-barat. Walau bukti2 menunjukkan bahwa perdagangan sebagian besar bersifat lokal (akan didiskusikan nanti), tradisi karavan memang sudah ada. Bgm para pemilik karavan mencatat harga2 dagangan mereka ? Dgn menghafal angka2 ?

Dan akhirnya, kami harus bertanya, BGM KAMI BISA MENDAPATKAN QURAN, KALAU TIDAK ADA ORANG SAAT ITU YG BISA MENULIS DIATAS KERTAS ?? Muslimin bersikeras bahwa eksistensi sejumlah kodifikasi Quran ada tidak lama setelah wafatnya Muhamad, spt miliknya Abdullah ibn Mas'ud, Abu Musa, dan Ubayy b. Ka'b (Pearson 1986:406). Apa kodeks2 itu kalau bukan dokumen tertulis ?

Teks Usman sendiri harus ditulis, kalau tidak tidak akan disebut TEKS ! Teknologi menulis diatas kertas sudah ada, tetapi karena alasan tertentu, tidak ada data2 yg membuktikan adanya dokumen2 sebelum 750 AD.


B2b: UMUR
Pakar Muslim juga ada yg mengatakan bahwa alasan tidak adanya dokumen dini itu adalah karena usia tua ! Bahan penulisan sumber2 primer itu entah rapuh karena usia atau karena manusia tidak hati2 dlm menanganinya dan oleh karena itulah lumrah kalau mereka hancur.

Argumen ini agak aneh. The British Library memiliki ribuan dokumen yg ditulis oleh orang2 yg hidup tidak jauh dari jazirah Arab dan jauh lebih dini. Yg dipertontonkan adalah manuskrip2 Perjanjian Baru spt Codex Syniaticus dan Codex Alexandrinus, keduanya ditulis di abad ke 4, atau 300-400 tahun sebelum periode Muhamad !

Kok mereka tidak rapuh karena usia ??

Argumen usia tua ala Muslim ini khususnya lemah menyangkut Qur'an itu sendiri. "Teks Usman" Qur'an (kodeks final yg dianggap disusun oleh Zaid ibn Thabit, dibawah pengawasan kalif ketiga, Usman) dianggap Muslimin sbg literatur yg paling penting yg pernah ditulis. Spt kami sebutkan sebelumnya, menurut Surah 43:2-4, Quran adalah "ibu segala buku." Keunikannya adalah karena Quran ini adalah duplikat persis dari "tulisan2 abadi" yg eksis di surga (Surah 85:22).

Tradisi Muslim mengatakanbahwa semua kodeks dan manuskrip yg bersaingan dgnnya DIHANCURKAN setelah 646-650 AD. Bahkan "copy Hafsah," dari mana resensi final diambil telah DIBAKAR. Kalau teks Usman ini begitu penting, MENGAPA OH MENGAPA TIDAK DITULIS PADA KERTAS, atau bahan lain yg bisa awet sampai sekarang ? Kalau memang manuskrip2 dini rapuh karena usia, mengapa mereka tidak diganti dgn tulisan2 pada kulit binatang, spt dokumen2 kuno lainnya yg sampai sekarang masih eksis ?

Kami tidak memiliki bukti absolut apapun ttg teks asal Qur'anic (Schimmel 1984:4). Kami juga tidak memiliki keempat copy yg dibuat dari resensi ini dan dikirim ke Mekah, Medinah, Basra dan Damascus (lihat argumen Gilchrist dlm bukunya “Jam' al-Qur'an”, 1989, pp. 140-154, dan juga “The Quran” tulisan Ling & Safadi, 1976, pp. 11-17).

Bahkan kalau copy2 ini rapuh dgn usia, mana mungkin tidak ada sedikitpun bekas2 fragmen yg dapat kami jadikan bahan rujukan. Pada akhir abad ke 6, Islam meluas sampai Afrika Utara dan Spanyol dan bahkan sampai ke India. Qur'an merupakan buku suci para penjajah Muslim itu. Nah, akalu memang begitu, pastilah ada dokumen2 ataupun manuskrip Qur'an yang masih eksis sampai hari ini. Nyatanya, tidak ada apapun yg tersisi dari periode itu !

Sementara itu, Perjanjian Baru milik Kristen dapat dibuktikan oleh lebih dari 5.300 manuskrip Yunani, 10.000 Latin Vulgates (Injil Latin ?) dan paling tidak 9.300 versi dini, shg total manuskrip kuno Perjanjian Baru mencapai lebih dari 24.000 manuskrip YANG MASIH EKSIS (McDowell 1990:43-55), kebanyakan ditulis antara 25 - 400 tahun setelah kematian Kristus (McDowell 1972:39-49). Tetapi ISLAM TIDAK DAPAT MENUNJUKKAN SATU MANUSKRIPpun sebelum abad ke DELAPAN ! (Lings & Safadi 1976:17; Schimmel 1984:4-6).

Kalau Kristen, kafir-jahilyah-najis-ahlul kitab-yg-melenceng-dari-jalan-yg-benar, bisa menyimpan ribuan manuskrip kuno dan semunya ditulis jauh sebelum abad ke 7, pada saat KERTAS BELUM DICIPTAKAN, sampai harus menulis pada papirus yg akhirnya juga rapuh tetapi dicatat kembali lagi secara berulang2, mengapa Muslim tidak mampu menunjukkan satu manuskrip apapun dari abad Quran dikatakan, ‘diturunkan’ ??

Jadi, argument bahwa Quran2 kuno rapuh dimakan rayap adalah alasan yg dicari2.


B2c: MANUSKRIP
Muslim masih ngotot juga dan mengatakan bahwa mereka toh memiliki ‘resensi2 Usmani’ ini berupa copy2 orijinal dari abad ke 7. Ada Muslim yg mengatakan copy2 asli itu disimpan di Mekah, Kairo dan hamper di setiap kota kuno yg dijajah Islam. Tapi kalau saya meminta data yg bisa membuktikan usia manuskrip2 itu, (mengingat sekarang hal itu bisa dilakukan dgn teknik ‘carbon-dating’) ternyata manuskrip2 belum pernah diuji usianya.

Memang ada dua dokumen yg bisa dipercaya dan sering dirujuk Muslim. Ini dinamakan dng manuskrip Samarkand, yg disimpan di Perpustakaan Soviet di Tashkent, Uzbekistan (dibagian selatan mantan Uni Soviet), dan manuskrip Topkapi, yg berada Museum Topkapi di Istanbul, Turki.

Kedua dokumen ini memang tua, dan sudah banyak dianalisa secara etimologis dan paleografis oleh para skriptologis dan ahli kaligrafi Arab.


MANUSKRIP SAMARKAND – diambil dari ‘Jam' al-Qur'an’-nya Gilchrist 1989, pp. 148-150:

Manuskrip Samarkand bukan dokumen komplet. Malah, dari 114 surah yg ditemukan di Qur'an sekarang, hanya surah-surah 2 - 43 yg termasuk didalamnya. Dari surah2 ini pun kebanyakan teks hilang. Inskripsi teks codex Samarkand ini menawarakan masalah karena tidak reguler. Ada halaman2 yg ditulis secara rapih dan seragam, sementara ada yg tidak rapih dan tidak seimbang (Gilchrist 1989:139 and 154). Di beberapa halaman, teks itu sangat ekspansif, sementara di halaman2 lain teksnya berjejalan dan padat. Kadang, huruf Arab KAF dikecualikan dari teks, sementara ditempat lain, huruf itu tidak hanya diperluas tetapi malah merupakan huruf dominant di teks ybs. Karena kebanyakan halaman2 manuskrip begitu berbeda satu sama lain, asumsinya adalaha bahwa manuskrip Samarkand tsb merupakan kumpulan teks dari manuskrip2 yg berbeda (Gilchrist 1989:150).

Bahkan dalam satu teks bisa ditemukan iluminasi artistic antara sesama surah, biasanya dlm bentuk barisan kotak2 berwarna dan 151 medali merah, hijau, biru dan oranye. Iluminasi ini menunjukkan kpd para skriptologis bahwa kodex itu berasal dari abad ke SEMBILAN, karena hiasan2 macam itu sudah pasti bukan praktek manuskrip jaman Usman abad ke 7 yg kemudian dibagi2kannya ke provinsi2 Islam (Lings & Safadi 1976:17-20; Gilchrist 1989:151).


MANUSKRIP TOPKAPI

Manuskrip ini berada di Istanbul, Turki dan juga ditulis pada papyrus dan tidak memiliki vokalisasi (see Gilchrist, 1989, pp.151-153). Spt manuskrip Samarkand, manuskrip Turki ini dihiasi ornamen2 medali yg menunjukkan jaman yg lebih maju, yaitu BUKAN ABAD 7 (Lings & Safadi 1976:17-20).

Muslim juga mengatakan bahwa ini pasti juga salah satu dari copy2 orijinal, kalau bukan memang yg asli yg dikumpulkan Zaid ibn Thabit pada abad ke 7. Tetapi tidak sulit membandingkannya dgn codex Samarkand dan anda akan melihat bahwa tidak mugnkin keduanya berasal dari jaman Usman. Misalnya, codex Topkapi memiliki 18 garis per halaman sementara codex Samarkand hanya memiliki setengah, antara 8 - 12 garis per halaman; codex Istanbul ditulis dalam bahasa formal, kata2 dan garis2 ditulis secara seragam, sementara teks codex Samarkand sering amburadul dan ter-distorsi. Sulit dipercaya bahwa kedua manuskrip ini ditulis oleh jawatan yg sama.


ANALISA MANUSKRIP:

Para pakar menggunakan 3 tes utk menentukan usia manuskrip. Mereka menguji usia kertas manuskrip itu dgn menggunakan proses kimiawi spt ‘carbon-14 dating’. Penentuan usia antara +/-20 tahun sangat dimungkinkan. Tapi orang enggan menggunakan cara ini karena jumlah materi yg harus dihancurkan utk proses ini (antara 1 - 3 gram) bisa menghancurkan manuskrip tsb. Jadi digunakanlah bentuk carbon-14 dating yg lebih canggih yg dikenal dgn nama AMS (Accelerator Mass Spectometry) yg hanya memerlukan 0.5 - 1.0 mg. materi utk diuji (Vanderkam 1994: 17). Namun sampai sekarangpun, manuskrip2 Islam itu tidak pernah diuji dgn metode yg canggih ini.

Para pakar juga akan mempelajari tinta manuskrip dan dapat menentukan daerah asalnya atau apakah tulisannya telah dihapus atau ditulis diatasnya secara berulang kali. Tetapi akses pada manuskrip itu terutama dihalangi oleh para pejabat yg sangat takut utk menyerahkannya kpd riset mendetil.

Jadi terpaksa para pakar hanya bisa menganalisa gaya tulisannya, apakah manuskrip itu memang kuno atau dari jaman yg lebih modern. Bidang studi ini dinamakan dng Paleografi. Gaya2 penulisan berubah dgn jaman. Perubahan ini biasanya seragam karena manuskrip selalu ditulis oleh kaligrafis professional. Dan mereka selalu mengikuti aturan yg sudah ditetapkan, dgn hanya modifikasi secara bertahap (Vanderkam 1994:16). Dgn mempelajari tulisan tangan yg tanggalnya sudah diketahui dan melihat perkembangan mereka, seorang paleografer bisa membandingkan mereka dgn teks2 yg tidak ada tanggalnya dan menentukan asal periode mereka.

Pengujian paleografis terhdp kedua manuskrip Samarkand dan Topkapi mencapai kesimpulan yang sangat interesan ttg tanggal asal mereka. Bukti inilah merupakan argument yg paling kuat bahwa kedua manuskrip BUKAN berasal dari jaamn Usman ataupun eksis di abad ke tujuh.


HURUF KUFI

Apa yg tidak disadari kebanyakan Muslim adalah bahwa kedua manuskrip ini ditulis dgn huruf Kufi, huruf yg menurut pakar Quran modern spt Martin Lings dan Yasin Hamid Safadi, tidak muncul sebelum abad ke 8 (setelah th 790), dan sama sekali tidak digunakan di Mekah dan Medinah di abad ke 7 (Lings & Safadi 1976:12-13,17; Gilchrist 1989:145-146; 152-153).

Alasannya sangat mudah. Huruf Kufi, yg dikenal dgn nama al-Khatt al-Kufi, berasal dari kota KUFA di IRAK (Lings & Safadi 1976:17). …
Kota Kufa itu dulunya merupakan kota Sassanid atau Persia sebelum masa pendudukan Arab (637 - 8 AD). Jadi, walaupun bahasa Arab dikenal disana, bahasa itu tidak mungkin bahasa dominan, apalagi huruf dominan, kecuali pada masa berikutnya.

Fakta menunjukkan bahwa huruf Kufi disempurnakan pada akhir abad 8 (sampai 150 tahun setelah kematian Muhamad) dan setelah itu digunakan secara luas diseluruh kawasan wilayah jajahan Muslim (Lings & Safadi 1976:12,17; Gilchrist 1989:145-146). Ini masuk akal karena sejak 750 AD, kerajaan Abbasid menguasai Islam, dan karena latar belakang Persia mereka, bermarkas di Kufa dan Bagdad. Oleh karena itu mereka ingin agar huruf mereka mendominasi. Karena mereka sendiri dulunya didominasi Umayyad (yg bermarkas di Damascus) selama 100 tahun, kini bisa dimengerti bgm huruf Arab yg berasal dari kawasan pengaruh mereka, spt huruf Kufi, berkembang kedalam apa yg kita temukan dlm kedua manuskrip ini.


FORMAT

Faktor lain yg menunjuk pada usia jauh setelah abad ke 7 adalah melihat pada format penulisannya. Gaya huruf Kufi yang ber-elongasi (panjang), mereka menggunakan lembaran yang lebih lebar ketimbang tinggi. Ini dikenal sbg the 'landscape format', format yg dipinjam dari dokumen2 Kristen Syria dan Iraq dari abad ke 8 dan 9. Format manuskrip Arab lebih dini semuanya ditulis dlm format ‘tegak.’
(terima kasih kpd Dr. Hugh Goodacre dari the Oriental and India Office Collections, yg menunjuk saya pada fakta ini bagi debat South Bank).

Olah karena itu, kedua manuskrip Topkapi dan Samarkand, karena mereka ditulis dalam huruf Kufi dan menggunakan ‘landscape format,’ tidak mungkin ditulis 150 tahun sebelum dikumpulkannya Resensi Usman; paling dini adalah thn 700-an atau permulaan 800-an (Gilchrist 1989:144-147).


SKRIP2 MA’IL dan MASHQ

Jadi, apa huruf yg digunakan di jazirah Hijaz (Arab) pada saat itu ? Kami tahu bahwa ada huruf Arab yg paling dini yg kebanyakan Muslim tidak menyadari.
Ini merupakan huruf al-Ma'il Script, yg dikembangkan di Hijaz, khususnya di Mekah dan Medinah, dan huruf Mashq, juga dikembangkan di Medinah (Lings & Safadi 1976:11; Gilchrist 1989:144-145). Hururf al-Ma'il digunakan pada abad 7 dan mudah diidentifikasi, karena ditulis agak miring (lihat contoh pada halaman 16 dari buku Gilchrist, Jam' al-Qur'an, 1989). Malah, kata al-Ma'il berarti "miring." Huruf ini bertahan selama dua abad sebelum ditinggalkan.

Hururf Mashq juda dimulai pada abad ke 7, tetapi terus digunakan berabad2 kemudian. Bentuknya lebih horizontal dan ciri khasnya adalah gayanya yg lebih bulat dan relaks (Gilchrist 1989:144).

JIka Qur'an disusun pada abad ke 7 ini, maka paling tidak Quran ditulis dlm huruf Ma'il atau Mashq.

Anehnya, memang ada Qur'an yg ditulis dlm huruf Ma'il, dan dianggap sbg Qur'an yg paling kuno yg kita miliki. Tetapi Quran ini tidak berada di Istanbul atau Tashkent, melainkan, ironisnya, di British Library di London (Lings & Safadi 1976:17,20; Gilchrist 1989:16,144). Ini juga dikatakan berasal dari sekitar akhir abad ke 8, oleh Martin Lings, mantan kurator manuskrip the British Library, yg sendirinya Muslim !!

Oleh karena itu, dgn bantuan analisa huruf, kami yakin bahwa tidak ada manuskrip Quran yg eksis di dunia ini sebelum abad ke 7 (Gilchrist 1989:147-148,153).

Hampir semua fragmen2 manuskrip Quran dini tidak berasal dari jaman lebih dini dari 100 tahun setelah kematian Muhamad. Dlm bukunya, ‘Calligraphy and Islamic Culture’, Annemarie Schimmel menggarisbawahi point ini dgn mengatakan bahwa Quran2 yg baru2 ini ditemukan di Sanaa, "fragmen2nya berasal dari pertengahan abad ke 8." (Schimmels 1984:4)

Kedelapan Qur'an dari Sanaa ini memang misterius karena pemerintah Yemen tidak mengijinkan orang2 Jerman yg menemukannya utk mengumumkan penemuan mereka ini. Mungkinkah ini utk menyembunyikan asal jaman Quran2 ini ? Ada yg mengatakan bahwa huruf dlm kedelapan Quran ini tidak mirip dgn Quran yg kita miliki sekarang. Kami masih menunggu perkembangan ini.


B3: KREDIBILITAS
Bgm dgn kredibilitas penyusunan HADIS ?
Spt dibahas sebelumnya, teks2 bersejarah ttg Islam masa dini disusun antara thn 850-950 AD. (Humphreys 1991:71). Semua materi kemudian menggunakan penyusunan ini sbg patokan mereka, sementara materi yg lebih dini tidak dapat dipastikan otentisitasnya (Humphreys 1991:71-72). Bisa saja bahwa tradisi2 sebelumnya tidak lagi relevan, shg dibiarkan rapih atau dihancurkan. Kita tidak tahu. Apa yg kita tahu adalah bahwa penyusun2 ini kemungkinan besar mengambil materi mereka dari koleksi yg disusun dlm abad sekitar 800 AD, dan bukan dari di=okumen yg ditulis dlm abad ke 7, dan jelas bukan dari Muhamad atau sahabat2nya (Humphreys 1991:73, 83; Schacht 1949:143-145; Goldziher 1889-90:72).

Kita juga tahu bahwa kebanyakan susunan mereka adalah cuplikan2 dari
Akhbar2 (anekdot dan anak kalimat) yg mereka anggap bisa diterima walau kriterianya masih misterius (Humphreys 1991:83). Sekarang nampak jelas bahwa aliran2 hukum permulaan abad ke 9 mencakupkan doktrin2 mereka sendiri dgn mengatakan bahwa mereka datang dari para sahabat nabi dan bahkan dari nabi sendiri (Schacht 1949:153-154).

Schacht memastikan bahwa sumber ketetapan ini adalah al-Shafi'i (w. 820 AD). Ialah yg menentukan bahwa semua tradisi hukum harus dilacak kembali ke nabi Muhamad guna memastikan kredibilitasnya. Hasilnya, tradisi hukum dlm jumlah besar yg mencari otoritas nabi ini timbul dari jaman Shafi'i dan sesudahnya, dan akibatnya mengekspresikan doktrin2 Irak saat itu, dan bukan doktrin2 Arab kuno (Schacht 1949:145). Agenda inilah yg diberlakukan oleh setiap aliran hukum sehubungan dgn pemilihan tradisi pd abad 9 dan 10, yg dipercaya sbg cara menguji otentisitas hadis.

Wansbrough setuju dgn Humphreys dan Schacht kala ia mengatakan bahwa data2 literatur, walau menunjukkan diri sbg sesuai dgn jaman terjadinya peristiwa ybs, sebenarnya berasal dari masa jauh setelah berlangsungnya peristiwa tsb, menurut pandangan mata jaman itu dan agar sesuai dgn tujuan dan agenda jaman itu.
(Rippin 1985:155-156).

Contoh, kaum Shi'ah. Agenda mereka sudah jelas karena amereka mengatakan bahwa dari 2.000 hadis sahih, mayoritas hadis (1.750) berasal dari Ali, menantu nabi, yg menjadi panutan kaum Shi'ah. Anda mungkin akan bertanya : Kalau otentisitas bagi hadis2 oleh Shi’ah sepenuhnya bersifat politis, bgm dgn penyusun2 tradisi lainnya ?

Pertanyaan yg harus diajukan adalah, adakah kebenaran sejarah yg bisa kami selidiki ? Schacht dan Wansbrough keduanya skeptis ttg point ini (Schacht 1949:147-149; Wansbrough 1978:119).

Patricia Crone mengatakan bawha kredibilitas tradisi sudah hilang akibat subyektivitas setiap penyusun hadis. Katanya;

Karya2 penyusun pertama spt Abu Mikhnaf, Sayf b.'Umar, 'Awana, Ibn Ishaq dan Ibn al-Kalbi tidak lebih dari timbunan tradisi2 yg tersebar2 dan tidak merefleksikan satu kepribadian, aliran, tempat ataupun waktu: karena Ibn Ishaq dari Medinah menyampaikan tradisi yg menguntungkan Iraq, pihak Sayf Iraqi Sayf memiliki tradisi yg menentangnya. Dan kesemua kompilasi dikarakterisasi oleh pencakupan material yg mendukung aliran2 legal dan doktrin yg saling bertentangan. (Crone 1980:10)

Dgn kata lain, aliran2 hukum setempat membentuk tradisi2 berbeda, dan bergantung pada hokum setempat dan pendapat pakar2 setempat (Rippin 1990:76-77). Paada akhrinya, pakar2 ini menyadari perbedaan ini dan melihat perlunya menyatukan hukum Islam. Solusinya tercapai dgn memohon pada tradisi nabi, yg akan memiliki otoritas atas pendapat (ra'y) pakar. Oleh akrena itu, tradisi yg diatribusikan kdp nabi mulai berkembang biak dari sekitar th 820 AD (Schacht 1949:145; Rippin 1990:7.

Contoh, Sirat Rasulullah yg memberikan materi terbaik atas kehidupan nabi. Nampaknya Sirat mengambil sejumlah informasi dari Qur'an. Walaupun Isnad digunakan utk menentukan otentisitas (yg sekarang diragukan kebenarannya, spt yg akan kita lihat nanti), otoritasnya tergantung dari otoritas Qur'an, yg kredibilitasnyapun diragukan (juga akan dibahas dlm seksi berikutnya).

Menurut G. Levi Della Vida, pembentukan Sirat didasarkan pada hal2 berikut :

Semakin meningkatnya pemujaan terhdp sosok Muhamad mengakibatkannya tumbuh sbg tokoh legenda dgn karakter yg di-idolakan, persis spt karakter2 yg ada dlm tradisi Yahudi atau Kristen (mungkin juga Iran). (Levi Della Vida 1934:441)

Ia menjelaskan bawha material ini menjadi terorganisasi, tersistimatisasi dlm aliran Muhaddithun Medinah lewat sebuah 'midrash,' yg terdiri dari ayat2 Quran dlm mana exegesis menganggap ilusi menjadi peristiwa nyata dlm hidup nabi. Dgn cara inilah sejarah periode Medinah terbentuk. (Levi Della Vida 1934:441)

Dgn begitu kami memiliki dokumen2 dgn kredibilitas lemah (Crone 1987:213-215). Bahkan materi2 sebelumnya tidak banyak membantu. Maghazi, atau cerita2 pertempuran2 nabi, adalah dokumen2 Muslim yg paling dini yg kami miliki. Mereka seharusnya memberikan gambaran ttg jaman itu, tetapi merekapun tidak menyebtu sedikitpun ttg ajaran dan kehidupan nabi. Malah anehnya, dokumen2 ini tidak sedikitpun memuat pemujaan terhdp Muhamad sbg nabi !


B4: KONTRADIKSI

Masalah berikutnya adalah bahwa tradisi2 ini penuh dgn kontradiksi, kebingungan, tidak konsisten dan malah keanehan. Contoh, Crone bertanya, "Apa yg kami lakukan dgn pernyataan Baladhuri bahwa Qiblat dlm mesjid Kufan pertama adalah arah barat... bahwa ada begitu banyak Fatima, dan bahwa ‘Ali kadang disebut sbg adik Muhamad ? Ini sebuah tradisi yg informasinya tidak berarti apa2 dan entah berakhir kemana." (Crone 1980:12)

Al-Tabari, contohnya, sering memberikan kesaksian berbeda dan bahkan berlawanan ttg peristiwa yg sama (Kennedy 1986:362). Pertanyaan ttg bgm al-Tabari meng-edit materinya oleh karena itu merupakan sebuah tanda tanya. Apakah ia memilih akhbar (narasi pendek) utk mengembangkan dan mengilustrasikan tema2 penting ttg sejarah kenegaraan Islam ? Kita tidak tahu.

Ibn Ishaq mengatakan bahwa Muhamad mengisi kekosongan politik saat memasuki Yathrib (Medinah), tetapi kemudian mengatakan bahwa ia MEREBUT otoritas dari penguasa yg sudah mantap disana (Ibn Hisham ed.1860: 285, 385, 411). Ibn Ishaq juga mengatakan bahwa Yahudi di Medinah sangat suportif terhdp tetangga2 Arab mereka, namun toh dilecehkan oleh mereka (Ibn Hisham ed.1860:286, 372, 373, 378). Jadi yg mana yg bisa dipercaya ?

Spt dikatakan Crone, "Cerita2 ini disampaikan dgn sama sekali tidak mempedulikan fakta sejarah Medinah ketika itu." (Crone 1987:218)

Contoh lain: Perbedaan antara satu penyusun dgn yg lain (Rippin 1990:10-11).

Terdpt banyak variasi atas satu tema. Contoh, ke 15 kesaksian berbeda ttg pertemuan Muhamad dgn wakil agama non-Islam yg meramalkan kenabiannya (Crone 1987:219-220). Ada tradisi yg menyebutkan pertemuan ini terjadi tatkala Muhamad masih bayi (Ibn Hisham ed.1860:107), ada yg mengatakan ia berusia 9 atau 12 (Ibn Sa'd 1960:120), sementara ada juga yg mengatakan bahwa ia kala itu berusia 25 (Ibn Hisham ed.1860:119).

Ada yg mengatakan bahwa ia bertemu Kristen2 Ethiopia (Ibn Hisham ed.1860:107), ada juga yg bilang Yahudi ( Abd al-Razzaq 1972: 318), sementara ada juga yg mengatakan Muhamad ketemu peramal atau seorang Kahin di entah Mekah atau Ukaz atau Dhu'l-Majaz (Ibn Sa'd 1960:166; Abd al-Razzaq 1972:317; Abu Nu'aym 1950:95, 116f). Crone menyimpulkan bahwa kita memiliki tidak lebih dari "lima belas versi fiktif ttg peristiwa yg tidak pernah terjadi." (Crone 1987:220)

Jadi, akibatnya sulit meneuntukan mana hadis yg sahih dan mana yg harus dibuang. Inilah problema Muslim sampai sekarang.


B5: PERSAMAAN
Dipihak lain, kebanyakan tradisi menunjukkan materi sama spt yg lain, menunjukkan daur ulang data yg sama selama berabad2 TANPA MENUNJUKAN ASAL MUASALNYA.

Contoh: Sejarah al-Tabari ttg kehidupan nabi yg mirip dgn Siratnya Ibn Hisham dan mirip dgn "Komentar ttg Qur'an-nya" yg juga tidak berbeda dgn koleksi Hadisnya Bukhari. Karena persamaan2 ini pada tanggal yang cukup terlambat ini (dari jaman Muhamad), ini menunjukkan adanya satu sumber di abad ke 9, yg menjadi rujukan mereka (Crone 1980:11). Apakah ini menunjukkan adanya "canon" materi yg disetjujui Ulama saat itu ? Mungkin, kita tidak tahu pasti.

Pertanyaannya adalah, apakah sumber2 primer eksis, dan kalau begitu bgm kita mengenalinya dgn menggunakan sumber2 sekunder yg kami miliki ?


B6: PROLIFERASI

Spt disebutkan sebelumnya, penyusunan Quran mulai timbul tidak sebelum abad 8 (200-300 tahun setelah peristiwa ybs). TTiba2 mereka berkembang biak menjadi ratusan ribu. Mengapa ? Siapa yg bisa menjelaskan proliferasi ini ?

Contoh, kematian 'Abdallah, ayah Muhamad. Para penyusun pertengahan dan akhir abad 8 (Ibn Ishaq and Ma'mar) setuju bahwa Abdallah wafat dan meninggalkan Muhamad sbg anak yatim; tetapi detil kematiannya tidak dicatat, ‘hanya Allah yang tahu' (Cook 1983:63).

Namun 50 tahun kemudian, Waqidi, tidak hanya menulis ttg kapan Abdallah wafat, tetapi bagaimana, dimana dan berapa umurnya dan bahkan dimana persisnya penguburannya. Menurut Michael Cook, "evolusi dalam 50 tahun ini dari ketidakpastian kpd kepastian dan detil persis menunjukkan sesuatu yg diketahui Waqidi sbg bukan fakta." (Cook 1983:63-65) Ini memang khas Waqidi. Ia selalu rajin memberi data2 persis, lokasi, nama, semantara Ibn Ishaq tidak memiliki apa2 (Crone 1987:224). "Tidak heran," Crone mengatakan, bahwa para pakar begitu senang dng Waqidi: dimana lagi mereka bisa menemukan info2 mendetil ttg apapun yg ingin mereka ketahui ? Namun mengingat bahwa informasi ini tidak diketahui di jaman sebelumnya, jaman Ibn Ishaq, kebenaran Waqidi sangat diragukan. Dan jika informasi rawan yg tumbuh dlm hanya 2 generasi antara Ibn Ishaq dan Waqidi, tidak sulit utk berkesimpulan bahwa lebih banyak lagi informasi rawan yg terkumpul dlm 3 generasi antara nabi dng Ibn Ishaq." (Crone 1987:224)

Para pakar Muslim sadar akan fenomena proliferasi ini dan alasan mereka adalah : agama Islam baru mulai men-stabilisasi diri pada saat itu. Jadi wajarlah kalau karya2 tulisan tampil semakin banyak. Tulisan2 sebelumnya, akta mereka ,tidak lagi relevan bagi Islam baru dan akibatnya barus dibuang ataupun hilang (Humphreys 1991:72).

Walau teori ini bisa dimengerti, mengapa kalau begitu tidak ada sedikitpun dokumen yg disimpan dlm sebuah perpustakaan atau dlm koleksi seseorang ? Ternyata tidak ada sedikitpun yg tersisa dari Quran2 jaman dini. Ini mencurigakan.

Yang lebih penting adalah teks Quran-nya Usman (resensi final) yg katanya dikumpulkan oleh Zaid ibn Thabit th 646-650 A.D. Menurut tradisi, semua copy dan kodeks dibakar Kalif Usman tidak lama kemudian dan ia hanya meninggalkan satu teks, yg dibuatkan kedalam 4 copy. NAH, DIMANA KEEMPAT COPY ITU ? Quran yg kita miliki sekarang tidak lebih dini dari 690-750 A.D.! (Schimmel 1984:4) Jadi apakah para pakar Muslim diatas itu bersedia mengakui bahwa keempat copy ini JUGA DIBUANG karena mereka tidak lagi relevan bagi Islam baru ?

DI pertengahan abad ke 9, timbul kira2 600.000 hadith. Malah, menurut tradisi jumlah itu begitu banyak sampai kalif yg berkuasa meminta Al Bukhari utk mengkoleksi pernyataan asli nabi dari ke 600,000 ! JELAS, PADA SAAT ITUPUN SUDAH ADA KERAGUAN ttg KEBANYAKAN HADIS.

Bukhari tidak pernah menyebutkan persyaratan bagi pilihannya, kecuali pernytaan samar2 ttg "tidak dapat dipercaya" atau "tidak cocok" (Humphreys 1991:73). Pada akhirnya, ia hanya memilih 7.397 hadis, atau kira2 hanya 1.2% dari hadis yg ada ! Namun, menghitung ayat2 yg di-ulang2, net total adalah 2.762 dari ke 600.000 (A.K.C. 1993:12). Ini berarti bawha dari 600.000 hadis, 592.603 adalah PALSU dan harus dibuang. Jadi 99% dari hadis yg ada dianggap MENCURIGAKAN, RAWAN, TIDAK JELAS !! Luar biasa !!

Dari mana asal ke 600.000 hadis ini kalau mereka dianggap mencurigakan ? Apakah mereka direkam dalam tulisan ? Apakah ada bukti eksistensi mereka ? Tidak sedikitpun !

Fakta bahwa mereka tiba2 muncul pada periode ini (abad ke 9, 250 tahun setelah peristiwa ybs), dan secepat itu pula mereka ditolak atau diterima, dan tidak pada masa sebelumnya. Ini membenarkan pernyataan Schacht bahwa para penyususn di abad 9 perlu men-sahihkan hukum2 dan tradisi dgn mencari2 hubungan ke nabi. Dlm ketergesa-gesaan mereka, mereka meminjam terlalu banyak yg kemudian memaksakan Ulama utk turun tangan dan meresmikan hadis yg mereka anggap mendukung agenda mereka.

Ini tetap mengundang pertanyaan ttg bgm caranya mereka diputuskan menjadi hadis yg otentik dan mana yg tidak.


B7: ISNAD
Inilah, kata pakar Muslim sbg cara utk menentukan mana hadis yg sahih dan mana yg tidak, yaitu penyampaian secara lisan (oral transmission) yg dalam bahasa Arab disebut Isnad. Ini, kata mereka adalah ilmu yg dipakai Bukhari, Tabari dan penyususn2 abad ke 9 dan 10 utk mensahkan kompilasi mereka. Utk mengetahui siapa penulis asli hadis2 itu, para penyusun memberikan sebuah daftar nama yg katanya, bisa ditelusuri sampai jaman nabi sendiri.

Jad, utk memberikan kredibilitas kpd hadis, sebuah daftar nama disertakan pada setiap dokumen yg, katanya, menunjukkan dari siapa hadis itu diturunkan.

Jadi misalnya: Saya menerima ini dari ____ yg menerimanya dari ____ yang menerimanya dari sahabat nabi.' (Rippin 1990:37-39)

Di Barat, transmisi secara lisan ini memang dicurigakan, tetapi di Arab, ini cara utk menyampaikan sejarah. Problemanya, transmisi secara lisan ini dgn mudah bisa dimanipulasi karena tidak adanya formula tertulis atau dokumentasi utk membuktikannya. Jadi, ini mudah dimanipulasi menurut agenda sang orator.

Petanyaan selanjutnya adalah, dari mana kita tahu bahwa nama2 ini otentik ? Apakah orang yg menyampaikan Isnad itu memang mengatakan hal yg memang benar ?

Dlm tradisi Arab, semakin panjang daftar Isnad, semakin besar kredibilitasnya. Sama spt kita sekarang mengutip nama2 orang utk memback-up pernyataan kita. Bedanya, para penyusun abad ke 9 TIDAK memiliki dokumen utk membuktikannya. Orang2 yg disebut dlm Isnad sudah lama mati dan tidak dapat membuktikan apa yg dikatakannya.

Anehnya, "semakin kebelakang, isnad semakin tumbuh.' Dlm beberapa teks, sebuah pernyataan diatribusikan kpd seorang kalif Umayyad, misalnya. Namun di tempat lain, pernyataan yg sama ditemukan dlm bentuk hadis yg isnad lengkap sampai ke nabi Muhamad atau sahabatnya." (Rippin 1990:3


Lebih2 lagi, ilmu Isnad hanya dimulai pada abad ke 10, jauh setelah Isnad2 itu seharusnya disusun (Humphreys 1991:81). Karena ini ilmu yg sangat tidak jelas kepastiannya, sejarawan memakai teori mudah : semakin panjang daftarnya, semakin mencurigakan otentisitasnya.' Kita tidak akan pernah tahu apakah nama2 dalam isnad memang memberi informasi yang sama, atau memang benar2 memberikan info.

-------------------------------------
B8: Storytelling
Possibly the greatest argument against the use of Muslim Tradition as a source is the problem of transmission. To better understand the argument we need to delve into the hundred or so years prior to Ibn Ishaq (765A.D.), and after the death of Muhammad in (632 A.D.), since, "the Muslim 'rabbis' to whom we owe [Muhammad's] biography were not the original memory banks of the Prophet's tradition." (Crone 1980:5)
According to Patricia Crone, a Danish researcher in this field of source criticism, we know little about the original material, as the traditions have been reshaped by a progression of storytellers over a period of a century and a half (Crone 1980:3). These storytellers were called Kussas. It is believed that they compiled their stories using the model of the Biblical legends which were quite popular in and around the Byzantine world at that time, as well as stories of Iranian origin. From their stories there grew up a literature which belonged to the historical novel rather than to history (Levi Della Vida 1934:441).

Within these stories were examples of material which were transmitted by oral tradition for generations before they were written down. They were of two kinds: Mutawatir (material handed down successively) and Mashhur (material which was well-known or widely known) (Welch 1991:361).

Patricia Crone, in her book: Meccan Trade and the Rise of Islam, maintains that most of what the later compilers received came from these story-tellers (Kussas) who were traditionally the real repositories of history:

...it was the storytellers who created the [Muslim] tradition. The sound historical tradition to which they are supposed to have added their fables simply did not exist. It is because the storytellers played such a crucial role in the formation of the tradition that there is so little historicity to it. As storyteller followed upon storyteller, the recollection of the past was reduced to a common stock of stories, themes, and motifs that could be combined and recombined in a profusion of apparently factual accounts. Each combination and recombination would generate new details, and as spurious information accumulated, genuine information would be lost. In the absence of an alternative tradition, early scholars were forced to rely on the tales of storytellers, as did Ibn Ishaq, Waqidi, and other historians. It is because they relied on the same repertoire of tales that they all said such similar things. (Crone 1987:225)
ecause the earliest written accounts of Muhammad's life were not written until the late Umayyid period (around 750 A.D.), "the religious tradition of Islam," Crone believes, "is thus a monument to the destruction rather than the preservation of the past," (Crone 1980:7) and "it is [this] tradition where information means nothing and leads nowhere." (Crone 1980:12) Therefore, it stands to reason that Muslim Tradition is simply not trustworthy as it has had too much development during the course of its transmission from one generation to the next. In fact, we might as well repeat what we have already stated: the traditions are relevant only when they speak on the period in which they were written, and nothing more.
There are so many difficulties in the traditions: the late dates for the earliest manuscripts, the loss of credibility due to a later agenda, and the contradictions which are evident when one reads them, as well as the proliferation due to aggressive redaction by the storytellers, and the inexact science of Isnad used for corroboration. Is it any wonder that historians, while obliged to refer to the material presented by Muslim Tradition (because of its size and scope), prefer to find alternative explanations to the traditionally accepted ideas and theories, while looking elsewhere for further source material? Having referred earlier to the Qur'an, it makes sense, therefore, to return to it, as there are many Muslim scholars who claim that it is the Qur'an itself which affords us the best source for its own authority, and not the traditions.

TELAAH SINGKAT GRAMATICAL ERRORS DALAM QURAN

MUQADIMAH

INI ADALAH ISU YANG SANGAT PERLU DIPERHATIKAN APABILA KITA INGIN MENDISKUSIKANNYA DENGAN BAIK. APABILA KITA MELEMPAR HUJAH (PENDAPAT) SEBALIKNYA HARUS MEMBERIKAN REFRENSI DARI SUMBER MEREKA SENDIRI, MAKA BAIKLAH SAYA AKAN MEMULAI DISKUSI INI.

===============================================

UMAT ESLAM BIASA MELEMPAR HUJAH KEBUDAK BUDAKAN DAN MELEMPAR CLAIM BAHWA TIDAK ADA KESALAHAN DALAM QURAN, DAN LANGSUNG MEMBUAT CONCLUSI BAHWA QURAN PERFECT, OK LAH KITA TERIMA DAN BUKTIKAN BAHWA TIDAK ADA KESALAHAN DALAM QURAN.

KESALAHAN 1 DALAM:Surat Ta-Ha20: 63

BAHASA ARAB ASLINYA:
"قالوا إن هذان لساحران"
JAWABAN SAYA:
(BACA DARI KANAN KE KIRI)

) With Ya' and Noun منصوب بالياء والنون Is raised ((اسم إن) the name of An'
"إن هذين"
) مرفوعا بالألف والنون( heaved with Alif and Noun [إن هذان.] But we find it


PEMBUKTIAN: DALAM TULISAN Imam Al-Nasfy, DIKATAKAN BAHWA UMAR LAH YG MENULISKAN ITU {RUJUKAN Al-Nasfy, part three, page 90}

TAMBAHAN OLEH AISHA: BAHWA TULISAN INI SALAH DAN KESALAHANNYA ADLAH TULISAN DARI UMAR

============
PERTANYAA SAYA:
============

1). APAKAH BENAR TIADA KESALAHAN DALAM QURAN.....?????

2). MANA CLAIM KOSONG DARI UMAT ESLAM INI...........???

3). SIAPA YANG SALAH AULLOH ATAU SAHABAT MUHAMMAD SENDIRI..???
KESALAHAN 2:

DALAM SURAH Al-Ma'idah'69, DALAM BAHASA ARAB ASLINYA:

"إن الذين آمنوا والذين هادوا والصابئون والنصارى من آمن بالله واليوم الآخِر وعمل صالحا فلا خوفُ عليهم ولا هم يحزنون

TELAAH KITA:
the Sabians الصابئون here is a noun heaved with "Wao and Noun" (اسم مرفوع بالواو والنون) while it should be raised with "Ya' and Noun" ( (منصوبا بالياء والنون meaning that it should be " الصابئين" as it is a joined on a raised ((معطوف على منصوب, as it is the name of An' (( أسم إن,


KESALAHAN 3:

DALAM SURAH Al-Baqarah2: 62 SAMA DENGAN KESALAHAN KE 2

الصابئون

TULISAN ASLINYA:

"إن الذين آمنوا والذين هادوا والصابئون والنصارى من آمن بالله واليوم الآخِر وعمل صالحا فلا خوفُ عليهم ولا هم يحزنون"
KESALAHAN KE 4

TULISAN ZALIMUN, MENGANDUNG KESALAHAN DALAM PENULISANNYA

BAHASA ARAB ASLI:

لاينال عهدى الظالمين

TELAAH:

Heaved with"Wao and Noun as it is a complete masculine plural

REFRENSI:

Imam Al-Nasfy part 2,page 964
KESALAHAN KE 5

Surat An-Nisa'4:162, DALAM KESALAHAN MUKMININ DAN SALAT

The Arabic text:

"... والمؤمنون يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك، والمقيمين الصلاة، والمؤتون"
الزكاة، والمؤمنون بالله واليوم الآخر، أولئك سنؤتيهم أجراً عظيما"


TELAAH KEBENARAN:
والمقيمون الصلاة"

REFRENSI:

page 33)}: narrated Abdullah …from yazid, from hammed, from Alzoubair Abi-khaled his saying: I said to Aban Bin Othman: How did the {Women chapter (Surat An-Nisa') 162} come:
"... والمؤمنون يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك، والمقيمين الصلاة، والمؤتون الزكاة، والمؤمنون بالله واليوم الآخر"
And what is after it are heaved, but it came as raised? How did this happen? He said: that was written المقيمينAs what was before
, so I wrote it, as I was told to do!!!المقيمين By the writer, he asked him, then what should I write? He said to him: write

Also Al-Sagistany said: narrated Abdullah, from Abi-Mouawiya, from Hesham Bin Arowa from his father his saying: Miss Aeisha "she replied, O, my nephew والمقيمين الصلاة، والمؤتون الزكاة was asked about the
That's the work of the writers; they had been mistaken in the writing"{Al-Sagistany the book of {Al-Masahef (the qurans, page 34)

KESALAHAN KE 6:

Surat Al-Baqarah 2:177, KESALAH TERLETAK PADA AS SABIRIN

TULISAN ASLI:

"ولكن البرَّ من آمن بالله ... والموفون بعهدهم إذا عاهدوا، والصابرين في البأساءِ والضراءِ وحينَ البأسِ..."

TELAAH KEBENARAN:
(BACA KANAN KE KIRI)

" والصابرون" So he should say " مرفوعة Actually it should be heaved""والصابرينword" As-Sâbirin " the +
Which is heaved "الموفون" As it is joined on Al- Mufoun

RUJUKAN:


With reference to the different exegesis we can find really funny explanations, for example imam Al-Nasfy said: Al- Mufoun
"Up to here there is no problem, then "من آمن and that is" "معطوفة على مرفوع مرفوعة is heaved" as it is joined on heaved" "الموفون"

Saying that: it was raised as a pattern of compliment (part one, page 148) "نصب الصابرين He tried to justify raising As-Sâbirin"

?? Was not it a compliment as As-Sâbirin "الموفون We are saying: why then this rule was not applied on the word Al- Mufoun "
"إعرابا واحدا In either case there is a grammatical error as both words should take the same position in the linguistic analysis"

They are either raised together or heaved together on (معطوف ومعطوف عليه as both of them are joined and joined on (
!!!) {Al-Nasfy, part one, page 148} على المدح والاختصاص compliment and specification (

Actually the explanation of Imam Al-Nasfy in itself is a way of deceiving the simple people!!!

QURAN ATAU DONGENGKAH INI?

ADA - ADA SAJA DONGENG TAK MASUK AKAL DARI ISLAM INI. MEREKA MENGATAKAN AULOH MAHA PENCIPTA DAN BISA MENCIPTAKAN APAPUN HANYA DENGAN KATA "JADILAH" MAKA JADILAH.

Tapi ternyata menurut dongen islam berikut ini AULOH itu menciptakan manusia pun butuh waktu cukup lama dengan cerita yang sangat lucu dan aneh - aneh. Terus terang ana bacanya juga malu gitu loooo. Beginilah kalau agama yang di dasari oleh KEBODOHAN. IHHHHHHH

========================================
Sumber : http://ms.wikipedia.org/wiki/Penciptaan_Adam

SIAPKAN IMAN KALIAN DAN JANGAN TERTAWA
HAHAHAHAHAHAHAHA SELAMAT MEMBACA AJA LAH

Penciptaan Adam diriwayatkan sebagai satu daripada ciptaan Allah yang paling kontroversi atau paling disebut-sebut oleh makhluk Allah yang lain. Peristiwa tersebut disebut dalam al-Qur'an apabila para malaikat mempersoalkan kejadian (manusia) sebagai khalifah atau pengganti di bumi.

"Ketika Allah berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya." (2: 30)

Ciptaan dari tanah
Allah telah memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengambil sebahagian tanah sebagai bahan untuk menjadikan Adam. Walau bagaimanapun, bumi enggan membenarkan tanahnya diambil malah bersumpah dengan nama Allah yang dia tidak rela untuk menyerahkannya kerana kebimbangannya seperti yang dibimbangkan oleh para malaikat.

Jibril kembali setelah mendengar sumpah tersebut lalu Allah mengutuskan pula Malaikat Mikail dan kemudiannya Malaikat Israfil tetapi kedua-duanya juga tidak berdaya hendak berbuat apa-apa akibat sumpah yang dibuat oleh bumi. Maka, Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk melakukan tugas tersebut dan menggesa agar tidak berundur walaupun bumi bersumpah kerana tugas tersebut dijalankan atas perintah dan nama Tuhan.

Maka, Izrail turun ke bumi dan mengatakan yang kedatangannya adalah atas perintah Allah dan memberi amaran kepada bumi untuk tidak membantah yang memungkinkan bumi menderhaka kepada Allah. Menurut Ibnu Abbas, tanah bumi dan syurga digunakan untuk dijadikan bahan mencipta Adam. Tanah tersebut adalah:

Tanah Baitulmuqaddis - kepala sebagai tempat kemuliaan untuk diletakkan otak dan akal.
Tanah Bukit Tursina (Mesir) - telinga sebagai tempat mendengar dan menerima nasihat.
Tanah Iraq - dahi sebagai tempat sujud kepada Allah.
Tanah Aden (Yaman) - muka sebagai temat berhias dan kecantikan.
Tanah telaga Al-Kautsar - mata sebagai tempat menarik perhatian.
Tanah Al-Kautsar - gigi sebagai tempat memanis-manis.
Tanah Kaabah(Makkah) - tangan kanan sebagai tempat mencari nafkah dan bekerjasama.
Tanah Paris (Perancis) - tangan kiri sebagai anggota untuk melakukan istinjak.
Tanah Khurasan (Iran) - perut sebagai tempat berlapar.
Tanah Babylon (Iraq) - kelamin sebagai organ seks dan tempat bernafsu serta godaan syaitan.
Tanah Tursina (Mesir) - tulang sebagai peneguh manusia.
Tanah India - kaki sebagai anggota berdiri dan berjalan.
Tanah Firdaus (Syurga) - hati sebagai tempat keyakinan, keimanan, dan kemahuan.
Tanah Taif (Arab Saudi) - lidah sebagai tempat untuk mengucapkan syahadah, syukur dan doa.

Penyempurnaan
Tubuh Adam mempunyai sembilan rongga atau liang. Tujuh liang di kepala dan dua di bawah badan iaitu dua mata, dua telinga, dua hidung, satu mulut, satu dubur dan satu uretra. Lima pancaindera dilengkapkan dengan anggota tertentu seperti mata untuk penglihatan, telinga untuk pendengaran, hidung untuk pengesanan bauan, lidah untuk perasa seperti masam, masin, manis dan pahit dan kulit untuk sentuhan bagi panas, sejuk, tekanan, kelikatan dan sakit.

Ketika Allah menjadikan tubuh Adam, tanah dicampurkan dengan air tawar, masin dan hanyir beserta api dan angin. Kemudian Allah resapkan Nur ke dalam tubuh Adan dengan pelbagai "sifat". Lalu tubuh Adam digenggam dengan genggaman Jabarut dan diletakkan di dalam Alam Malakut. Tanah itu dicampurkan lagi dengan istilah wangian dan ramuan dari Nur-Sifat Allah dan dirasmi dengan "Bahrul Uluhiyah". Kemudian, tubuh tersebut dibenam dalam "Kudral 'Izzah" iaitu sifat "Jalan dan Jammal" lalu disempurnakan tubuh tersebut.

Waktu kejadian manusia tidak disebut berapa lama walaupun melalui apa cara perhitungan sekalipun seperti dalam al-Quran: "Bukankah telah berlalu kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar), sedang dia (masih belum wujud lagi dan) tidak menjadi sesuatu benda yang disebut-sebut..." (76:1)

Menurut keterangan ulama, tubuh Adam diselubungi dalam tempoh 120 tahun, 40 tahun di tanah yang kering, 40 tahun di tanah yang basah dan 40 tahun di tanah yang hitam dan berbau. Dari situ, Allah ubah tubuh Adam dengan rupa kemuliaan dan tertutuplah dari rupa hakikatnya. Kerana proses kejadian itu yang melalui peringkat yang "kotor", tidak hairan Malaikat dan Iblis memandang rendah akan kejadian manusia yang dicipta dari tanah.

Kemasukan roh
Roh diperintah Allah untuk memasuki jasad Adam tetapi seperti makhluk lain, roh juga enggan, malas dan segan kerana jasad yang seperti batu. Dikatakan ruh berlegar-legar mengelilingi jasad Adam sambil disaksikan malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan Malaikat Izrail memaksa ruh memassuki tubuh tersebut masuk ke dalam tubuh Adam. Ia memasukkannya ke dalam tubuh dan roh secara perlahan-lahan masuk hingga ke kepalanya yang mengambil masa 200 tahun. Setelah meresapi ke kepala Adam, maka berfungsilah otak dan tersusunlah urat saraf dengan sempurna. Lalu, terjadilah mata dan terus terbuka melihat tubuhnya yang masih keras dan malaikat di sekelilingnya. Telinga mulai berfungsi dan didengarnya kalimah tasbih para malaikat. Apabila roh tiba ke hidung, lalu ia bersin dan mulutnya juga terbuka. Allah mengajarkan kalimah "Alhamdulillah" yang merupakan kalimah pertama diucapkan Adam dan Allah sendiri yang membalasnya.

Kemudian, roh tiba ke dadanya lalu Adam berkeinginan untuk bangun padahal tubuhnya yang bawah masih keras membatu. Ketika itu ditunjukkan sifat manusia yang terburu-buru. Ketika roh sampai di perut, maka organ dalam dan perut tersusun sempurna dan saat itu Adam mula merasakan lapar. Akhirnya, roh meresap ke seluruh tubuh Adam, tangan dan kaki dan berfungsilah dengan sempurna segala darah daging, tulang, urat saraf dan kulit. Menurut riwayat, kulit Adam amat baik ketika itu berbanding kulit manusia di kini dan warnanya masih dapat dilihat di kuku sebagai peringatan kepada keturunan manusia.

Dengan itu, sempurnalah sudah kejadian manusia pertama dan Adam digelar sebagai "Abul Basyar" iaitu Bapa Manusia. Walau bagaimanapun, hanya Nabi Muhammad s.a.w. mendapat gelaran "Abul Ruh" atau "Abul Arwah" iaitu Bapa segala Roh.

KUMPULAN CERITA2 DONGENG DALAM QURAN/ISLAM ( LANJUTAN 11)

XXIII ABRAHAM DILEMPAR KE API OLEH NAMRUD.
(Lanjutan kisah IBRAHIM MENGHANCURKAN BERHALA)

Kisah ini merupakan lanjutan dari kisah Ibrahim menghancurkan berhala, yaitu Q12.65 dan sebelumnya.

Q21.66-71
[66] Ibrahim berkata: "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?"
[67] Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?
[68] Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".
[69] Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".
[70] mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. [71] Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.

Q37.97-98
[97] Mereka berkata: "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu".
[98] Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
[99] Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.

Q2.258
[258] Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat (Namrud) Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim

Genesis Rabbah :

Dan Haran meninggal di depan Ayahnya Terah. R Hiyya berkata : Terah adalah pembuat berhala. Dia sutau ketika pergi ke suatu tempat dan meninggalkan Ibrahim untuk menjual berhala itu di tempatnya. Seorang laki-laki datang dan ingin membeli satu. ‘Berapa umurmu ?’ Ibrahim bertanya padanya.’Lima puluh tahun’ jawabnya ‘Celaka orang itu’. ‘Engkau berumur 50 tahun dan ingin menyembah benda berumur sehari !’ Saati itu dia menjadi malu dan pergi.

Pada lain kesempatan seorang wanita datang dengan spiring penuh tepung dan meminta kepadanya, “ Ambil ini dan tawarkan kepada mereka.’ Maka dia mengambil sebuah tongkat dan memecahkan mereka dan menaruh tonkat di tangan yang paling besar. Ketika ayahnya kembali. ‘Apa yang engkau lakukan terhadap mereka?’ ‘Aku tidak menyembunyikan ini darimu’ di menjawab. “Seorang wanita datang dengan sepiring penuh tepung yang bagus dan memintaku menawarkan kepada mereka (behala). Salah satu menuntut ‘Aku harus makan lebih dahulu’ sementara yang lain menuntut ‘ Aku harus makan yang pertama’. Setelah itu yang oaling besar bangkit, mengambil tongkat, dan memcahkan mereka.” ‘ Mengapa engkau mengolok-ngolok aku’ dia berteriak, ‘apakah mereka mempunyai pengetahuan !’ ‘ Mestinya telingamu tidak mendengar apa yang mulutmu katakan; dia menjawabketus. Setelah itu dia menangkapnya den membawanya ke Nimrod.

‘ Mari kita memuja api ‘ dia (Nimrod) mengusulkan. ‘Mari kita menyembah air,’ yang memadamkan api’ jawabnya. ‘Kemudian mari kita menyembah awan-awan !’ ‘ Mari kita menyembah angin yang membubarkan awan’ ‘Mari kita menyembah angin !’ ‘ Kami tidak menyembah apapun selain api. Lihat, aku akan melemparmu ke dalamnya, dan biar Tuhan yang engkau sembah menolongmu.

Sekarang Haran berdiri ragu-ragu. Bila Abram menang , (ia berpikir), aku akan berkata bahwa aku akan mengikuti keprecayaan Abram, sementara bila Nimrod menang aku akan berkata bahwa aku akan di sisi Nimrod. Ketika Abraham turun ke dalam tungku perapian dan selamat, dia (Nimrod) berkata padanya, ‘ Ikut kepercayaan siapa engkau ?’ ‘ Abram’ dia menjawab. Setelah itu dia menangkap dan melemparkan dia ke dalam api; dia di dalam hangus dan dia mati di depan ayahnya.


Genesis Rabbah (Bereshith).
http://www.sacred-texts.com/jud/mhl/mhl05.htm (untuk versi terjemahan ini : Gen Rabbah p.60)

Penjelasan:

Menurut tradisi Islam, Ibrahim dan Namrud (Nimrod) hidup sejaman. Padahal Bibel Perjanjian Lama secara jelas menyebut Namrud anak Kush, anak Ham, anak Nuh (Gen 10:6,8 ). Sementara Ibrahim pada generasi ke 9 sesudah Nuh. (Gen 11:10-27 ). Namun dalam Quran sendiri nama Namrud tidak disebut.

Kesalahan Islam menempatkan Namrud sejaman dengan Ibrahim, kerena Muhammad mengikuti kisah-kisah Rabbi Yahudi di Talmud yang sering keliru tapi merupakan kisah popular di jamannya, ketimbang Bibel.

Dalam Gen. 15:7 ditulis Aku Tuhan yang membawamu keluar dari Ur Kaldean (Kasdim). Ur adalah bahasa Babylonia yang artinya kota. Namun beberapa rabbi Yahudi keliru menyamakan ur dengan “uwr” (nur) yang artinya (dalam bahasa Ibrani) cahaya atau nyala api sehingga ayat itu di terjemahkan menjadi “Aku Tuhan yang membawamu keluar dari tungku perapian.”

Perhatikan kutipan lanjutan Genesis Rabba (p 61 ):

………..Ketika dia (Haran) melihat yang belakangan diselamatkan dia menyatakan dirinya disisi Allah Abraham, berpikir bahwa dia juga akan diselamatkan dengan mukjizat yang sama bila sekarang menjadi seorang pengikut Allah itu. Tetapi ketika imannya tidak sungguh-sungguh, tetapi tergantung dari sebuah mukjizat, dia binasa dalam API, dimana seperti Abraham di dilempar oleh Nimrod. Ini disebut dalam kata-kata (Gen 11.28 ) : “Wayaamaat Haaraan `al- pneey Terach 'aabiyw b'erets mowladtowb-'UWR kasdiym (And died - Haran - before - the face of - Terah - his father - in the land of - his birth, - in UR -of the Chaldeans).”

In Ur of the Chaldeans berarti di Kota orang Kaldean (Kasdim) , tapi kerena uwr dalam bahasa Ibrani berarti nyala api, maka kalimat itu menjadi “dalam NYALA API orang KALDEAN”. Perkataan babylonia ur (kota) ditemukan dalam berbagai tulisan pada penggalian archaeology di Irak Sehingga ketidak mengertian Rabbi Yahudi itu menjadikan mereka terlihat bodoh, sebodoh Allahnya Muhammad yang maen contek saja.

KUMPULAN CERITA2 DONGENG DALAM QURAN/ISLAM ( LANJUTAN 10)

XXI TUJUH GERBANG NERAKA.

Q15 : 34-45
[44] Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.

Pembagian neraka menurut Islam kemudian berdasarkan Quran sbb :
1. Jahannam, api pencucian untuk Muslim.
2. Laza, untuk memanggang orang-orang Nasrani.
3. Al Hutamah, untuk orang Yahudi.
4. Sa’ir (Q4.11) untuk orang Sabiin
6. Saqar untuk Zoroasterian
6. Al-Jahim (Q2.113), untuk penyembah berhala.
7. Hawiyah, lubang tanpa dasar untuk mundfiqun (bermuka dua).


Neraka terdiri dari 7 area dengan tujuh gerbang terdapat dalam tulisan apocalypse of Moses, salah satu literature judaism yang menceritakan kisah isapan jempol mengenai Miraj Musa ke 7 lapis langit. Juga terdapat dalam Zohar maupun Midrash.

Contoh kutipan dari : http://www.sacred-texts.com/journals/jras/1893-15.htm

Neraka.
(Baraita de Massechet Gehinom: in Hesed le-Abraham of Abr. Azulai in: Yalkut-ha-roim, Warsaw, 1858, f. 85, sqq. Cf. Midrash Kônen, l.c. f. 3b-4a. Shebet Mussar, ch. 26, f. 84a.)

1. Kami baca dalam Baraita Ciptaan : “ Di bawah bumi adalah Tehom dibawah tehom adalah Bohu, dibawah Bohu adalah Yam, di bawah Yam adalah Mayim, dibawah Mayim adalah Arka, dan di sana, Sheol, Abadon, Beer Shadat, Tit-hayven, Shaare Mavet, Sharee Tzalmavet, dan Gehinom. Di sini para pendosa dan malaikat-malaikat penghancur menguasai mereka. Di sana kegelapan tebal seperti dinding kota, dan penghukuman yang sangat berat dan pahit untuk para pendosa ditetapkan., dan dikatakan : “ Si Jahat akan ditempatkan pada kesunyian dalam kegelapan.”

2. Lapisan yang paling teratas adalah Sheol. Tingginya 300 tahun perjalanan; lebar 300 tahun perjalanan; dan panjang 300 tahun perjalanan. Bagian ke dua adalah eer Shahat, sama tinggi, lebar dan panjang. Ketiga adalah Tit-Hayaven dengan ukuran yang sama. Ke empat adalah Shaare Mavet dengan ukuran yang sama. Ke lima Abadon dengan ukuran yang sama. Ke enam Shaare Tzalmavet dengan ukuran yang sama. Ke tujuh Gehinom dengan ukuran yang sama. Itu membuat seluruhnya panjang neraka 6300 tahun perjalanan.”

Tujuh gerbang neraka di kenal juga dalam mithos Sumeria mengenai perjalanan Dewi Ishtar menuju Alam Kubur.

When the seventh gate he had made her enter,
He stripped and took away the breechcloth round her body.
"Why, O gatekeeper, didst thou take the breechcloth round my body?"
"Enter, my lady, thus are the rules of the Mistress of the Underworld."

As soon as Ishtar had descended to the Land of No Return,
Ereshkigal saw her and burst out at her presence.
Ishtar, unreflecting, flew at her.
Ereshkigal opened her mouth to speak,

--



XXII MUHAMMAD DAN SARANG LABAH-LABAH.

Meskipun dongeng ini bukan dongeng Quran, tapi kisah ini popular dikalangan Muslim. Bahkan sebagian Muslim percaya peristiwa itu terjadi, dan menjadikannya salah satu bukti mukjizat Muhammad.

Ketika Muhammad hendak menuju Medinah dan menghindari kejaran penduduk Mekkah, mereka (Muhammad dan Abu Bakr), memananjat lereng karang ke gua dekat Mekkah. Mereka penuh debu lelah dan haus. Abu Bakr, berganti-ganti marah dan takut. Dia tidak percaya Rasulullah akan bersembunyi seperti ini. Dia meminta pertolongan Allah, Muhammad menjamin Allah akan mendengar.

Menjelang senja, mereka mencapai gua, tetapi mereka mendengar bunyi sepatu kuda musuh-musuh mereka dibelakang. Apa yang dapat mereka lakukan ? Abu Bakr mulai putus asa. “Apa yang harus kita lakukan?” katanya, “kita cuman berdua ?” Muhammad mendorong dia ke dalam gua. “Engkau salah,” dia berkata. “Kita bertiga.”

Langkah kaki terdengar di mulut gua. Kemudian sebuah suara terdengar.” Mereka tidak di sini. Lubang gua ini ditutupi oleh sarang laba-laba . Tidak ada seorangpun di sini sejak Muhammad lahir.” Mereka mendengar suara orang pergi menjauh, suara sepatu kudapun terdengar makin samar.

Ketika mereka membuka matanya, gua tidak sama seperti semula. Seluruh lubang masuk ditutupi sarang laba-laba yang indah dan sebuah cabang pohon rendah dengan seekor merpati bersarang . Apa yang terjadi kata Abu Bakr, Muhammadpun tersenyum..

Dongeng yang serupa sebenarnya terdapat juga dalam dongeng-dongeng Yahudi, seperti kisah dibawah ini :

Ketika Raja Daud masih kanak-kanak, ia sedang mengembalakan domba-domba ayahnya, dia selalu menemukan sarang labah-labah merentang diantara cabang-cabang pohon dan gemerlap oleh cahaya matahari. Daud bertanya kepada Tuhan : ” Mengapa, O Pencipta alam semesta engkau membuat laba-laba ? Engkau bahkan tidak dapat menggunakan sarangnya sebagai pakaian ! “ Ruhanpun menjawab Daud, “ Suatu hari akan datang ketika engkau membutuhkan karya ciptaan ini ? Maka engkau akan berterima kasih padaku.”

Sesudah dewasa, dikisahkan pada suatu kesempatan ketika dikejar-kejar tentara Saul, Daud menjelang petang menyembunyikan dirinya dalam gua Adullam, dan sesudah dia memasuki gua tiba-tiba seekor laba-laba memintal sarang diseluruh lubang gua. Para pemburunya melawatinya, tetapi berpikir bahwa tidak ada orang yang dapat memasuki gua dengan sarang laba-laba tanpa merusakkannya, merekapun meneruskan perjalanannya. Maka kerena seekor laba-laba Daud berhasil selamat. Daud pun mengerti bahwa Tuhan bijaksana dan berterima kasih kerena menciptakan semua ciptaan, yang pasti ada manfaatnya.

Kisah itu terdapat dalam Midrash AlphaBeth Ben Sira, yang dibukukan pada pertengahan abad ke 8 Masehi, tapi kisahnya dalam tradisi oral mungkin sudah ada jauh sebelum dibukukan.

Beberapa kisah lainnya mengenai serangga dan raja Daud bisa dilihat :
http://www.sacred-texts.com/jud/pol/pol44.htm